-->

Friday, June 21, 2013

Laporan Uji Baeyer

LAPORAN KIMIA DASAR II

ACARA 2
UJI BAEYER UNTUK SENYAWA KARBON RANGKAP DUA DAN RANGKAP TIGA

Oleh :
Fika Puspita (A1M012001)
Rombongan 1



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari unsure karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon dan atomatom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik.  Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah hidrokarbon (lebih terperinci,  sebuah alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal, masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C (C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2)
Hidrokarbon adalah golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun hanya terdiri dari 2 jenis unsur, hidrokarbon merupakan suatu kelompok senyawa yang besar. Dalam bagian ini, kita akan membahas tentang penggolongan hidrokarbon, kemudain membahas  tiga golongan hidrokarbon, yaitu alkana, alkena, alkuna.
Penggolongan hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya. Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan kedalam hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon alfiatik adalah hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatic memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatic berikatan konjugat, yiatu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun selang seling. Contohnya adalah benzene Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk aromatic digolongkan kedalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan aromatic mempunyai sifat sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisklik itu menyatakan adanya rantai lingkar tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik.
Berdasarkan jenis ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh. Jika semua ikatan karbon karbon merupakan ikatan tunggal (-C-C-), ia digolongkan sebagai hidrokarbon jenuh. Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (-C=C-0 atau ikatan rangkap tiga (-C C-), ia disebut ikatan tak jenuh
1.     Alkana
adalah hidrokarbon yang rantai C nya hanya terdiri dari ikatan kovalen tunggal saja. sering disebut sebagai hidrokarbon jenuh….karena jumlah atom Hidrogen dalam tiap2 molekulnya maksimal. Memahami tata nama Alkana sangat vital, karena menjadi dasar penamaan senyawa2 karbon lainnya.
2.     Alkena
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 2 (-C=C-)
3.     Alkuna
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang memiliki 1 ikatan rangkap 3  (–C≡C–). Sifat-nya sama dengan Alkena namun lebih reaktif.
           
Maka dari itu agar kita dapat mengetahui lebih lanjut tentang senyawa hidrokarbon dan ikatan rangkap nya, praktikum kali ini akan melakukan pengujian Baeyer terhadap senyawa hidrokarbon rangkap dua dan rangkap tiga

B.    Tujuan
Menunjukkan adanya ikatan rangkap pada senyawa karbon.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Hidrokarbon alifatik ada tiga, salah satunya yaitu alkena dan alkuna. Alkena sendiri merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak jenuh yang mempunyai satu atau lebih ikatan ganda dua disebut juga hidrokarbon tak jenuh. Atom-atom C yang membuat ikatan ganda dua ini berhibridasi sp2 . dua ikatan yang muncul dari setiap karbon pada ikatan ganda dua karbon-karbon membentuk sudut 120°. Keempat ikatan keluar dari sepasang karbon yang berikatan ganda dua terletak pada satu bidang. Alkena yang membawa gugus selain hidrogen pada setiap karbon pengemban ikatan ganda dua, menunjukkan isometri geometri. Isomer geometri cis atau trans didasarkan pada gugus substituen pada setiap karbon pengemban ikatan ganda dua, jika keduanya pada sisi yang sama dari ikatan ganda dua dinamakan cis, dan bila keduanya pada sisi yang berbeda disebut trans. Seperti halnya isomer struktur, isomer geometri berbeda sifat fisis dan kimianya. Alkena juga disebut olefin. Contoh alkena adalah etena (etilena), suatu zat “anesthetik” yang campurannya dengan udara mudah meledak. Etilena juga diketajui berperan dalam pematangan buah-buahan (Wilbraham, 1984).
Sedangkan alkuna dalam molekulnya ditandai dengan adanya ikatan ganda tiga antara dua atom karbon. Atom-atom karbon yang membentuk ikatan ganda tiga ini berhibridasi sp. Alkuna tergolong hidrokarbon tak jenuh. Dua ikatan yang timbul dari sepasang karbon berikatan ganda tiga membuat sudut 180°. Jadi, etuna (C2H2) adalah alkuna paling sederhana dan berbentuk linear.  Contoh alkuna yang paling sederhana adalah asetilena (gas karbid) CHºCH, yang campurannya dengan udara meledak. Gas ini dibentuk oleh reaksi kalsium karbida (karbid) dengan air.              
Alkena dapat dioksidasi menjadi anekaragaman produk, bergabung pada reagensia yang digunakan. Reaksi yang melibatkan oksidasi ikatan rangkap karbon – karbon dapat dikelommpokkan menjadi dua gugus umum: (a). Oksidasi ikatan pi tanpa memutuskan ikatan sigma, dan (b). Oksidasi ikatan pi yang memutuskan ikatan sigma.                                   
Reagensia yang paling populer untuk mengubah alkena menjadi suatu 1,2 – diol ialah larutan kalium permanganat (dalam air) basa dan dingin (meskipun biasanya reagensia ini memberikan rendemen rendah). Osmium tetroksida (OsO4) diikuti reduksi dengan reagensia seperti Na2SO3 atau NaHSO3 menghasilkan diol dengan rendemen yang lebih baik, tetapi penggunaanya terbatas karena mahal dan bersifat racun. (Tetapi osmium tetroksida perlu ada dalam kuantitas katalitik jika digunakan bersama hidrogen peroksida). Oksida permanganat dan OsO4 berlangsung lewat ester anorganik siklik, yang mengakibatkan cis – diol jika produk itu mampu berisometri geometrik.  
CH2 = CH2           MnO4ˉ        CH2¾CH2           OHˉ             CH2¾CH2 + MnO2      
    etilena                                    O        O                        OH     OH
                                                            Mn                              (1, 2-etanadiol)
O            O
Rumus Umum:        
                                                             OH  OH
R2C=CR2     MnO4ˉ  atau OsO4  dingin           R2C¾CR2
                              sin-adisi 
suatu alkena                                     suatu 1, 2-diol

Reagensia permanganat dingin merupakan uji baeyer untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji (KMnO4) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak endapan MnO2 coklat (Fessenden, 1982). 
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus lebih. Ia merupakan suatu pereaksi yang mudah diperoleh, tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator, kecuali kalau digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N permangant memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan yang biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakkan untuk menunjukan kelebihan pereaksi. Permanganat mengalami pereaksi kimia yang bermacam-macam, karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan +7 (Day, 1990).
Uji bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatic tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan katalis. Pada uji bayers ini dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4Hasil yang positif adalah hilangknya warna ungu dari larutan kalium permanganate. Contohnya, jika alkena dioksidasi menggunakan pereaksi Baeyer maka akan menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna dari reagen Baeyer. Ini merupakan uji pada senyawa yang memiliki ikatan tangkap. Reaksi oksidasi menggunakan pereaksi yang lebih kuat seperti asam dikromat atau asam permanganate atau yang lainnya akan menghasilkan asam dan senyawa keton, tergantung pada alkenanya
Uji Bayer yang dilakukan pada minyak nabati seperti pada minyak kelapa, dan minyak sawit dilakukan untuk mengetahui adanya suatu ikatan rangkap atau tidak agar mengetahui bahwa minyak tersebut jenuh atau tidak. Molekul minyak nabati dan lemak hewani mengandung rantai hidrokarbon  yang panjang. Dalam minyak nabati rantai ini tak-jenuh ganda (poly unsturated; memiliki beberapa ikatan rangkap). Minyak nabati seperti pada contohnya minyak kelapa dan minyak sawit dapat diubah menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh hidrogenasi parsial ikatan-ikatan rangkapnya.
Reaksinya adalah:
   R     R                                                             R   R                                               
   C = C +    MNO4 (ungu)  --------------- R - C – C – R +   MnO(coklat)
               R     R                                                                 R     R
            Umumnya zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak dapat larut.
            Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).



BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Bahan dan Alat
Bahan :
o   Air
o   Aseton
o   Etanol 95%
o   Larutan KMnO4
o   Sample (minyak kelapa, minyak sawit, minyak jarak)
Alat :
o   Tabung reaksi

B.    Prosedur



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Larutan
Sample
Ditambah larutan KMNO4
Warna setelah 2 menit
Air
Minyak sawit
Ungu
Ungu
Air
Minyak kelapa
Ungu
Ungu
Etanol 95%
Minyak sawit
Ungu
Merah kecoklatan
Etanol 95%
Minyak kelapa
Ungu
Merah kecoklatan
Aseton
Minyak sawit
Ungu
Merah
Aseton
Minyak kelapa
Ungu kecoklatan
Cokelat



Foto hasil.
Larutan
Gambar
Ditambah larutan KMNO4
Air + Minyak sawit










Air + Minyak kelapa
Etanol + Minyak sawit
Etanol + Minyak kelapa
Aseton + Minyak sawit
Aseton + Minyak kelapa




B.    Pembahasan
               Pada praktikum Uji Baeyer ini akan diamati mengenai adanya ikatan rangkap dua dan rangkap tiga pada senyawa hidrokarbon. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya warna ungu dari KMnO4 yang menghilang. Berdasarkan hasil pengamatan dari sample yang telah diuji, menghasilkan hasil yang berbeda – beda.
               Pada uji coba dengan menggunakan aseton yang ditambah dengan minyak kelapa dan ditetesi KMnO4  akan menghasilkan warna cokelat. Sedangkan untuk aseton yang ditambahkan dengan minyak sawit dan ditetesi dengan  KMnOakan menghasilkan warna merah, hal ini menunjukkan adanya ikatan rangkap pada minyak kelapa.
               Pada percobaan dengan pelarut etanol, ketika ditambahkan dengan minyak kelapa dan ditetesi dengan KMnO4 akan didapatkan warna merah kecoklatan, begitu juga dengan etanol yang ditambahkan dengan minyak sawit dan ditetesi dengan KMnO4, larutan juga menunjukan warna merah kecoklatan,.
               Untuk percobaan dengan pelarut air, akan didapatkan warna ungu pada larutan ketika air ditambahkan dengan minyak kelapa dan ditetesi dengan KMnO4. begitu juga ketika air ditambahkan dengan minyak sawit dan ditetesi dengan KMnO4.
               Pada pelarut aseton, untuk sampel jenis minyak kelapa terjadi pergeseran warna dan ada endapan yang terbentuk, hal ini disebabkan karena adanya reaksi antara aseton dan minyak kelapa.. Sedangkan pada pelarut jenis etanol, semua sampel dapat bereaksi dengan pelarut tersebut, hal ini menunjukan bahwa terjadi reaksi dan membentuk ikatan rangkap sehingga ada endapan berwarna coklat. Tidak adanya endapan berwarna coklat pada pelarut jenis air dari sampel yang telah diuji disebabkan karena reaksi antara air dan sample minyak tidak menunjukan adanya ikatan rangkap,



BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.    KESIMPULAN
               Dari data pratikum yang kami dapatkan, pada enam sample yaitu air (masing masing ditambah minyak kelapa dan minyak sawit), etanol 95% (masing masing ditambah minyak kelapa dan minyak sawit), dan aseton (masing masing ditambah minyak kelapa dan minyak sawit). Didapatkan hasil yang berbeda beda.
ü  Aseton + minyak kelapa + KMnO4 = Ada ikatan rangkap
ü  Aseton + sawit + KMnO4 = Tidak Ada ikatan rangkap
ü  Etanol 95% + minyak kelapa + KMnO4 = Ada ikatan rangkap
ü  Etanol 95% + sawit + KMnO4 = Ada ikatan rangkap
ü  Air + minyak kelapa + KMnO4 = Tidak Ada ikatan rangkap
ü  Air + minyak sawit + KMnO4 = Tidak Ada ikatan rangkap

B.    Saran
1.     Seharusnya setelah pratikum selesai setiap kelompok per acara menjelaskan sedikit kesimpulan dari percobaannya agar laporan per acara bisa lebih mudah dipahami
2.     ketersediaan alat dan bahan yang diperlukan kurang banyak, harusnya memadai agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang sudah di jadwalkan.
3.     Kuis seharusnya diadakan setelah praktikum selesai.
4.     Kesulitan kami saat membuat laporan adalah ketika lampiran foto, seharusnya untuk praktikum selanjutnya harus ada pengkoordinir foto praktikum.




DAFTAR PUSTAKA

Day, Jr.R.A.dan Underwood, A.L. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Fessenden, Ralph J. Dan Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. Jakarta: Universitas Indonesia.

Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Jakarta: Erlangga.

1 comment: