LAPORAN KIMIA DASAR II
ACARA 2
UJI BAEYER UNTUK
SENYAWA KARBON RANGKAP DUA DAN RANGKAP TIGA
Oleh :
Fika Puspita
(A1M012001)
Rombongan 1
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam bidang kimia, hidrokarbon adalah sebuah senyawa yang terdiri dari
unsure karbon (C) dan hidrogen (H). Seluruh hidrokarbon memiliki rantai karbon
dan atomatom hidrogen yang berikatan dengan rantai tersebut. Istilah tersebut
digunakan juga sebagai pengertian dari hidrokarbon alifatik. Sebagai contoh, metana (gas rawa) adalah
hidrokarbon dengan satu atom karbon dan empat atom hidrogen: CH4. Etana adalah
hidrokarbon (lebih terperinci, sebuah
alkana) yang terdiri dari dua atom karbon bersatu dengan sebuah ikatan tunggal,
masing-masing mengikat tiga atom karbon: C2H6. Propana memiliki tiga atom C
(C3H8) dan seterusnya (CnH2·n+2)
Hidrokarbon adalah
golongan senyawa karbon yang paling sederhana. Hidrokarbon hanya terdiri dari
unsur karbon (C) dan hidrogen (H). Walaupun hanya terdiri dari 2 jenis unsur,
hidrokarbon merupakan suatu kelompok senyawa yang besar. Dalam bagian ini, kita
akan membahas tentang penggolongan hidrokarbon, kemudain membahas tiga
golongan hidrokarbon, yaitu alkana, alkena, alkuna.
Penggolongan
hidrokarbon umumnya berdasarkan bentuk rantai karbon dan jenis ikatannya.
Berdasarkan bentuk rantai karbonnya, hidrokarbon digolongkan kedalam
hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan aromatik. Hidrokarbon alfiatik adalah
hidrokarbon rantai terbuka, sedangkan hidrokarbon alisiklik dan aromatic
memiliki rantai lingkar (cincin). Rantai lingkar pada hidrokarbon aromatic
berikatan konjugat, yiatu ikatan tunggal dan rangkap yang tersusun selang
seling. Contohnya adalah benzene Semua hidrokarbon siklik yang tidak termasuk
aromatic digolongkan kedalam hidrokarbon alisiklik. Hidrokarbon alisiklik dan
aromatic mempunyai sifat sifat yang berbeda nyata. Sifat hidrokarbon alisiklik
lebih mirip dengan hidrokarbon alifatik. Nama alisklik itu menyatakan adanya
rantai lingkar tetapi sifatnya menyerupai senyawa alifatik.
Berdasarkan jenis
ikatan antar atom karbonnya, hidrokarbon dibedakan atas jenuh dan tak jenuh.
Jika semua ikatan karbon karbon merupakan ikatan tunggal (-C-C-), ia digolongkan
sebagai hidrokarbon jenuh.
Jika terdapat satu saja ikatan rangkap (-C=C-0 atau ikatan rangkap tiga
(-C C-), ia disebut ikatan tak
jenuh
1. Alkana
adalah hidrokarbon
yang rantai C nya hanya terdiri dari ikatan kovalen tunggal saja. sering
disebut sebagai hidrokarbon jenuh….karena jumlah atom Hidrogen dalam tiap2
molekulnya maksimal. Memahami tata nama Alkana sangat vital, karena menjadi
dasar penamaan senyawa2 karbon lainnya.
2. Alkena
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang
memiliki 1 ikatan rangkap 2 (-C=C-)
3.
Alkuna
merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang
memiliki 1 ikatan rangkap 3 (–C≡C–). Sifat-nya sama dengan Alkena namun
lebih reaktif.
Maka dari itu agar kita dapat mengetahui lebih lanjut tentang senyawa
hidrokarbon dan ikatan rangkap nya, praktikum kali ini akan melakukan pengujian
Baeyer terhadap senyawa hidrokarbon rangkap dua dan rangkap tiga
B.
Tujuan
Menunjukkan adanya
ikatan rangkap pada senyawa karbon.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hidrokarbon alifatik ada tiga, salah satunya yaitu
alkena dan alkuna. Alkena sendiri merupakan persenyawaan hidrokarbon tidak
jenuh yang mempunyai satu atau lebih ikatan ganda dua disebut juga hidrokarbon
tak jenuh. Atom-atom C yang membuat ikatan ganda dua ini berhibridasi sp2 .
dua ikatan yang muncul dari setiap karbon pada ikatan ganda dua karbon-karbon
membentuk sudut 120°. Keempat ikatan
keluar dari sepasang karbon yang berikatan ganda dua terletak pada satu bidang.
Alkena yang membawa gugus selain hidrogen pada setiap karbon pengemban ikatan
ganda dua, menunjukkan isometri geometri. Isomer geometri cis atau trans didasarkan
pada gugus substituen pada setiap karbon pengemban ikatan ganda dua, jika
keduanya pada sisi yang sama dari ikatan ganda dua dinamakan cis, dan bila keduanya pada sisi yang
berbeda disebut trans. Seperti halnya
isomer struktur, isomer geometri berbeda sifat fisis dan kimianya. Alkena juga
disebut olefin. Contoh alkena adalah
etena (etilena), suatu zat “anesthetik” yang campurannya dengan udara mudah
meledak. Etilena juga diketajui berperan dalam pematangan buah-buahan
(Wilbraham, 1984).
Sedangkan alkuna dalam molekulnya ditandai dengan
adanya ikatan ganda tiga antara dua atom karbon. Atom-atom karbon yang
membentuk ikatan ganda tiga ini berhibridasi sp. Alkuna tergolong hidrokarbon tak
jenuh. Dua ikatan yang timbul dari sepasang karbon berikatan ganda tiga membuat
sudut 180°. Jadi, etuna (C2H2)
adalah alkuna paling sederhana dan berbentuk linear. Contoh alkuna yang paling sederhana adalah
asetilena (gas karbid) CHºCH, yang
campurannya dengan udara meledak. Gas ini dibentuk oleh reaksi kalsium karbida
(karbid) dengan air.
Alkena dapat dioksidasi menjadi anekaragaman
produk, bergabung pada reagensia yang digunakan. Reaksi yang melibatkan
oksidasi ikatan rangkap karbon – karbon dapat dikelommpokkan menjadi dua gugus
umum: (a). Oksidasi ikatan pi tanpa
memutuskan ikatan sigma, dan (b). Oksidasi ikatan pi yang memutuskan ikatan sigma.
Reagensia yang paling populer untuk mengubah alkena
menjadi suatu 1,2 – diol ialah larutan kalium permanganat (dalam air) basa dan
dingin (meskipun biasanya reagensia ini memberikan rendemen rendah). Osmium
tetroksida (OsO4) diikuti reduksi dengan reagensia
seperti Na2SO3 atau NaHSO3 menghasilkan diol
dengan rendemen yang lebih baik, tetapi penggunaanya terbatas karena mahal dan
bersifat racun. (Tetapi osmium tetroksida perlu ada dalam kuantitas katalitik
jika digunakan bersama hidrogen peroksida). Oksida permanganat dan OsO4
berlangsung lewat ester anorganik siklik, yang mengakibatkan cis – diol jika
produk itu mampu berisometri geometrik.
O O
Rumus Umum:
sin-adisi
suatu alkena suatu 1,
2-diol
Reagensia permanganat dingin merupakan uji baeyer
untuk ketidakjenuhan dalam senyawa yang tak diketahui strukturnya. Larutan uji
(KMnO4) berwarna ungu. Ketika reaksi berjalan, warna ungu menghilang dan nampak
endapan MnO2 coklat (Fessenden, 1982).
Kalium permanganat digunakan secara luas sebagai
pereaksi oksidasi selama seratus lebih. Ia merupakan suatu pereaksi yang mudah
diperoleh, tidak mahal, dan tidak memerlukan suatu indikator, kecuali kalau
digunakan larutan-larutan yang sangat encer. Satu tetes 0,1 N permangant
memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan yang
biasanya digunakan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakkan untuk menunjukan
kelebihan pereaksi. Permanganat mengalami pereaksi kimia yang bermacam-macam,
karena mangan dapat berada dalam keadaan-keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6, dan
+7 (Day, 1990).
Uji
bayer merupakan suatu uji untuk menunjukkan kereaktifan hidrokarbon alifatik,
alisiklik, dan aromatic tehadap oksidator KMnO4 yang merupakan
katalis. Pada uji bayers ini dilakukan dengan mencampurkan larutan KMnO4. Hasil yang positif adalah hilangknya warna ungu dari
larutan kalium permanganate. Contohnya, jika alkena dioksidasi menggunakan
pereaksi Baeyer maka akan menghasilkan glikol dengan menghilangkan warna dari
reagen Baeyer. Ini merupakan uji pada senyawa yang memiliki ikatan tangkap.
Reaksi oksidasi menggunakan pereaksi yang lebih kuat seperti asam dikromat atau
asam permanganate atau yang lainnya akan menghasilkan asam dan senyawa keton,
tergantung pada alkenanya
Uji Bayer yang dilakukan pada
minyak nabati seperti pada minyak kelapa, dan minyak sawit dilakukan untuk
mengetahui adanya suatu ikatan rangkap atau tidak agar mengetahui bahwa minyak
tersebut jenuh atau tidak. Molekul minyak nabati dan lemak hewani mengandung
rantai hidrokarbon yang panjang. Dalam minyak nabati rantai ini tak-jenuh
ganda (poly unsturated; memiliki beberapa ikatan rangkap). Minyak
nabati seperti pada contohnya minyak kelapa dan minyak sawit dapat diubah
menjadi zat yang lebih bersifat padat oleh hidrogenasi parsial ikatan-ikatan
rangkapnya.
Reaksinya adalah:
R R
R R
Umumnya
zat yang polar dapat larut dalam pelarut yang bersifat polar, namun tidak dapat
larut dalam pelarut nonpolar. Begitu juga sebaliknya. Hal ini dikarenakan
adanya momen dipol pada zat atau pelarut sehingga dapat berikatan dan
berinteraksi dengan sesamanya. Sedangkan pada pelarut nonpolar tidak memiliki
momen dipol, sehingga tidak bisa berinteraksi dengan zat yang polar, jadi tidak
dapat larut.
Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair,
dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat
nonpolar, zat yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari
1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu
atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh
karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung
oleh setiap karbon (Pettruci, 1987).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan dan Alat
Bahan :
o
Air
o
Aseton
o
Etanol 95%
o
Larutan KMnO4
o
Sample (minyak kelapa, minyak sawit, minyak
jarak)
Alat :
o
Tabung reaksi
B.
Prosedur
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Larutan
|
Sample
|
Ditambah larutan
KMNO4
|
Warna setelah 2
menit
|
Air
|
Minyak sawit
|
Ungu
|
Ungu
|
Air
|
Minyak kelapa
|
Ungu
|
Ungu
|
Etanol 95%
|
Minyak sawit
|
Ungu
|
Merah kecoklatan
|
Etanol 95%
|
Minyak kelapa
|
Ungu
|
Merah kecoklatan
|
Aseton
|
Minyak sawit
|
Ungu
|
Merah
|
Aseton
|
Minyak kelapa
|
Ungu kecoklatan
|
Cokelat
|
Foto hasil.
Larutan
|
Gambar
|
Ditambah larutan
KMNO4
|
Air + Minyak sawit
|
|
|
Air + Minyak kelapa
|
|
|
Etanol + Minyak
sawit
|
|
|
Etanol + Minyak
kelapa
|
|
|
Aseton + Minyak
sawit
|
|
|
Aseton + Minyak
kelapa
|
|
B.
Pembahasan
Pada praktikum Uji Baeyer ini akan diamati mengenai
adanya ikatan rangkap dua dan rangkap tiga pada senyawa hidrokarbon. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
adanya warna ungu dari KMnO4 yang menghilang. Berdasarkan hasil pengamatan dari sample yang
telah diuji, menghasilkan hasil yang berbeda – beda.
Pada uji coba dengan menggunakan aseton yang ditambah
dengan minyak kelapa dan ditetesi KMnO4 akan menghasilkan warna cokelat. Sedangkan untuk aseton yang ditambahkan
dengan minyak sawit dan ditetesi dengan
KMnO4 akan
menghasilkan warna merah,
hal ini menunjukkan adanya ikatan rangkap pada minyak kelapa.
Pada percobaan dengan pelarut etanol, ketika ditambahkan
dengan minyak kelapa dan ditetesi dengan KMnO4 akan didapatkan warna
merah kecoklatan, begitu juga dengan etanol yang ditambahkan
dengan minyak sawit dan ditetesi dengan KMnO4, larutan juga
menunjukan warna merah kecoklatan,.
Untuk percobaan dengan pelarut air, akan didapatkan warna ungu pada larutan
ketika air
ditambahkan dengan minyak kelapa dan ditetesi dengan KMnO4. begitu
juga ketika air
ditambahkan dengan minyak sawit dan ditetesi dengan KMnO4.
Pada pelarut aseton, untuk sampel jenis minyak kelapa
terjadi pergeseran warna dan ada endapan yang terbentuk, hal ini disebabkan
karena adanya reaksi antara aseton dan minyak kelapa.. Sedangkan pada pelarut jenis etanol, semua
sampel dapat bereaksi dengan pelarut tersebut, hal ini menunjukan bahwa terjadi
reaksi dan membentuk ikatan rangkap sehingga ada endapan berwarna coklat. Tidak adanya endapan berwarna coklat pada pelarut jenis air dari sampel yang telah diuji disebabkan
karena reaksi antara air dan sample minyak tidak menunjukan adanya ikatan rangkap,
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Dari data pratikum yang kami
dapatkan, pada enam sample yaitu air (masing masing ditambah minyak kelapa dan
minyak sawit), etanol 95% (masing masing ditambah minyak kelapa dan minyak
sawit), dan aseton (masing masing ditambah minyak kelapa dan minyak sawit).
Didapatkan hasil yang berbeda beda.
ü Aseton + minyak
kelapa + KMnO4 = Ada ikatan rangkap
ü Aseton + sawit + KMnO4 = Tidak Ada ikatan
rangkap
ü Etanol 95% + minyak
kelapa + KMnO4 = Ada ikatan rangkap
ü Etanol 95% + sawit + KMnO4 = Ada ikatan rangkap
ü Air + minyak kelapa +
KMnO4 = Tidak Ada ikatan
rangkap
ü Air + minyak sawit + KMnO4 = Tidak Ada ikatan
rangkap
B.
Saran
1. Seharusnya setelah
pratikum selesai setiap kelompok per acara menjelaskan sedikit kesimpulan dari
percobaannya agar laporan per acara bisa lebih mudah dipahami
2. ketersediaan alat dan bahan yang diperlukan kurang banyak, harusnya memadai agar praktikum dapat berjalan dengan baik dan
sesuai dengan waktu yang sudah di jadwalkan.
3. Kuis seharusnya
diadakan setelah praktikum selesai.
4. Kesulitan kami saat
membuat laporan adalah ketika lampiran foto, seharusnya untuk praktikum
selanjutnya harus ada pengkoordinir foto praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Day, Jr.R.A.dan Underwood, A.L. 1990. Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Fessenden, Ralph J. Dan Fessenden, Joan S.
1982. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Hart, Harold. 1987. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi
Minyak dan Lemak. Jakarta: Universitas Indonesia.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan
Modern Jilid 3. Jakarta:
Erlangga.
thanks
ReplyDelete