LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI
PENGOLAHAN PANGAN
ACARA IV BREAKFAST CEREAL
Disusun oleh :
KELOMPOK 1
Fika Puspita A1M012001
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
A.
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara dengan penduduk yang
memiliki ketergantungan terhadap beras sebagai sumber energi. Jumlah penduduk
yang semakin bertambah dengan tingkat produksi beras yang menurun menyebabkan
impor beras harus dilakukan. Meskipun swasembada pangan pertama sejak runtuhnya
pemerintahan orde baru berhasil dicapai pada tahun 2008, usaha diversifikasi
pangan non beras harus terus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada
beras dan pada saat yang sama meningkatkan probabilitas keberhasilan pencapaian
swasembada pangan yang berkelanjutan. Produk pangan sumber energi non beras
selama ini telah dikenal baik dan sering dikonsumsi masyarakat adalah
produk-produk berbasis terigu seperti roti, mie, dan biskuit (Hartoyo dan
Sunandar, 2006)
Menurut
Suhaidi (2003), perlu diciptakan suatu produk pangan yang dapat memenuhi
kriteria sebagai pangan alternatif yang kaya akan energi protein. Misalnya saja diaplikasikan pada makanan pagi atau
sarapan siap saji, karena seiring dengan kemajuan teknologi
dan kehidupan masyarakat yang ingin serba cepat dan serba praktis, pola
makanpun ikut bergeser.
Kegiatan
sarapan pagi sering diabaikan kandungan gizinya, bahkan seringkali dilewatkan karena
masalah waktu.
Padahal sarapan sangat penting
peranannya dalam mensuplai kadar gula darah serta zat gizi lain bagi tubuh di
pagi hari sehingga
dapat meningkatkan produktivitas seseorang, khususnya anak-anak, sehingga dapat menunjang prestasinya di sekolah.
Oleh karena itu, produk sarapan haruslah yang memiliki kandungan gizi yang lengkap dan
seimbang (Khomsan. 2002). Namun, saat ini sudah ada sediaan
makanan yang lebih praktis, yaitu sereal. Untuk penyiapannya
cukup sederhana, kita hanya perlu menambahkan air susu atau air panas ke dalam wadah yang berisi
sereal.
Sarapan
dengan sereal instan atau breakfast cereal instan merupakan salah satu
pilihan yang mulai populer dan digemari oleh masyarakat Indonesia. Makanan siap saji ini merupakan produk yang mengandung
nilai gizi cukup tinggi terutama dalam menyumbangkan energi. Oleh karena itu dibuatlah praktikum agar mahasiswa
yang khususnya berada di bidang pangan bisa mengetahui dan mempelajari cara
pembuatan Breakfast Cereal.
B.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui cara membuat Breakfast
Cereal (flakes) menggunakan tepung jagung dan penambahan tepung tapioca / sagu
dengan perbandingan komposisi yang berbeda beda.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Breakfast Cereal
Flakes
atau sereal sarapan adalah makanan yang umumnya dikonsumsi
sebagai sarapan. Makanan ini umumnya dikonsumsi dingin atau hangat dan dikonsumsi bersama susu,
air, yoghurt, atau dimakan langsung.
Beberapa
jenis sereal seperti havermut, dapat dipanaskan sehingga menjadi seperti bubur. Sereal umumnya
dipromosikan sebagai penunjang kesehatan
dengan
mengkonsumsi sarapan berserat tinggi. Sereal juga mengandung vitamin dan mineral. Namun ada
beberapa sereal yang mengandung kadar
gula
dalam jumlah yang cukup tinggi. Produk sereal yang paling terkenal adalah flakes jagung.
Menurut Herliana (2006), flake atau breakfast cereal merupakan salah satu bentuk makanan sarapan siap
saji yang berupa lembaran tipis, berbentuk oval, berwarna kuning kecoklatan,
memiliki tekstur yang renyah dan memiliki kemampuan rehidrasi. Produk
sereal sarapan pertama kali dikembangkan di Amerika Serikat oleh John Harvey Kellogg
pada tahun 1895 sebagai produk sarapan
pagi
siap saji.
Bahan-bahan utama yang sering digunakan dalam
pembuatan sarapan sereal adalah jagung, gandum, oat, beras, dan barley (Tri
Dewanti, dkk., 2009).
Sereal
sarapan terbuat dari biji-bijian dan dirancang untuk dipasarkan kepada konsumen sebagai makanan sarapan
pagi siap saji. Ciri khas
dari produk ini adalah kadar airnya yang rendah dengan tekstur yang renyah. Proses pemasakan membentuk
sifat fisik yang diperlukan untuk
membentuk
tekstur produk yang diinginkan. Produk sereal sarapan didasarkan pada formulasi bahan
mentah dengan kadar pati yang tinggi. Tiga
komponen
dasar dalam formulasi produk yaitu serealia, pemanis dan bahan pembentuk rasa. Bahan lain yang
umum digunakan adalah garam, ragi,
pewarna,
vitamin, dan mineral. Secara umum, tahapan proses pengolahan sereal sarapan adalah persiapan
bahan baku, pembentukan adonan, pemasakan,
penambahan bahan pelapis, dan pengemasan (Syamsir et al., 2006).
- Komposisi dan Karakteristik Breakfast Cereal
Tepung Jagung
Pemanfaatan jagung sebagai
bahan pangan dalam bentuk tepung lebih menguntungkan
karena lebih fleksibel, lebih mudah dibuat berbagai olahan makanan, tempat lebih efisien, daya tahan simpan lebih lama,
dan sesuai tuntutan kehidupan modern, dimana wanita pada umumnya bekerja di luar
rumah. Masalah yang dihadapi dalam pengembangan teknologi pembuatan tepung jagung
adalah kulit biji yang dapat menimbulkan tekstur kasar pada tepung sehingga kurang disukai. Untuk
mengatasinya, maka tahapan penting dalam pembuatan tepung jagung
adalah menghilangkan kulit tersebut melalui penyosohan (Munarso dan Mudjisihono
1994; Suarni et al. 2001, Firmansyah et
al. 2003)
Kandungan nutrisi jagung
tidak kalah dengan bahan pangan lainnya, bahkan mempunyai nilai tambah seperti serat kasar yang dibutuhkan tubuh (dietary
fiber), lemak esensial, zat besi (Fe), dan karoten (pro vitamin A)
pada jagung kuning (Suarni dan Firmansyah 2006). Kandungan kimia jagung secara umum
terdiri atas karbohidrat 61,0- 76,09%, protein 7,5-10,0%, lemak 4,0-5,3%, dan serat
kasar 2,3-3,3% (Suarni et al. 2001).
Tepung tapioka
Tepung tapioka adalah pati dari umbi singkong yang
dikeringkan dan dihaluskan. Tepung tapioka merupakan produk awetan singkong
yang memiliki peluang pasar yang sangat luas. Singkong yang diolah menjadi
tepung tapioka dapat bertahan selama 1-2 tahun dalam penyimpanan. Perlakuan
selama proses produksi menyebabkan kadar HCN (asam sianida) turun drastis
mencapai ambang batas aman bagi konsumen.
No.
|
Kandungan Unsur Gizi
|
Singkong Putih
|
Singkong Kuning
|
Tepung tapioka
|
1
|
Kalori (kal)
|
146,00
|
157,00
|
362,00
|
2
|
Protein (g)
|
1,20
|
0,80
|
0,50
|
3
|
Lemak (g)
|
0,30
|
0,30
|
0,30
|
4
|
Karbohidrat (g)
|
34,70
|
37,90
|
86,90
|
5
|
Kalsium (mg)
|
33,00
|
33,00
|
0,00
|
6
|
Fosfor (mg)
|
40,00
|
40,00
|
0,00
|
7
|
Zat besi (mg)
|
0,70
|
0,70
|
0,00
|
8
|
Vitamin A (SI)
|
0,00
|
385,00
|
0,00
|
9
|
Vitamin B1 (mg)
|
0,06
|
0,06
|
0,00
|
10
|
Vitamin C (mg)
|
30,00
|
30,00
|
0,00
|
11
|
Air (g)
|
62,50
|
60,00
|
12,00
|
12
|
Bagian yang dapat dimakan
(%)
|
75,00
|
75,00
|
0,00
|
Sumber
: Direktorat Gizi Depkes RI, 1981.
Gula
Halus
Selain menghasilkan renyah, berpori-pori kecil, dan bertekstur halus, gula kastor dan
gula halus lebih mudah dicampur dengan
bahan
lain. Gula bubuk (icing sugar) terbuat dari gula pasir yang dihaluskan sehingga menyerupai
tepung. Selain membantu penyebaran dan
rekahan
struktur, gula memperpanjang daya simpan karena bersifat menyerap air. Bakteri, khamir,
kapang, dan mikroorganisme pembusukan
akan
mati. Gula menimbulkan reaksi pencoklatan (browning). Pemakaian gula berlebihan memebuat bentuk
melebar dan cepat gosong, sedangkan
kurang gula membuat kue kering berwarna pucat, matangnya
lama,
dan aromanya kurang harum (Sutomo, 2008).
Margarin
Margarin adalah mentega buatan. Margarin dapat
dibuat dari minyak
nabati, atau minyak hewani. Margarin dapat juga mengandung susu saringan, garam, dan
pengemulsi. Margarin mengandung lebih sedikit lemak
daripada mentega, sehingga margarin banyak digunakan sebagai pengganti mentega. Margarin merupakan gabungan bahan
dengan komposisi minyak kelapa sawit,
air, dengan atau tanpa garam, emulsifier, dengan atau tanpa pewarna beta koroten, dan antioksidan
BHT/BHQ. Beberapa jenis margarin ada
yang
ditambahkan margarin flavour sehingga aromanya lebih tajam dan harum. Margarin yang tidak diberi pewarna
beta karoten dan garam menghasilkan
margarin putih.
Vanili
Vanili (Vanilla planifolia Andrews)
merupakan salah satu tanaman rempah yang dibudidayakan di
negara beriklim tropis seperti Indonesia. Tanaman ini dikenal luas di dunia
sebagai bahan pemberi aroma pada makanan, minuman,
kue, es krim, obatobatan, dan juga sebagai bahan baku parfum (Tombe, 2010).
STPP
STPP
(Sodium Tri Polyphosphate) merupakan jenis phosphate yang umum digunakan dalam
industri pengolahan, STPP adalah bahan aditif yaitu sebagai bahan pengikat
tepung dengan air agar air dalam adonan tidak menguap sehingga adonan tidak
mengalami pengerasan atau kekeringan dipermukaan sebelum proses pembentukan
lembaran adonan.
Soda
Kue
Soda kue merupakan bahan
tambahan yang sering ditambahkan di kue tradisional, berfungsi untuk menambah
volume. Natrium Bicarbonat atau yang lebih dikenal dengan soda kue adalah salah
satu jenis bahan pengembang yang biasa digunakan dalam pembuatan kue, roti atau
makanan yang digoreng seperti kentucky. Yang membedakan dari baking powder
yaitu soda lebih mengembang merata ke samping kalau baking powder lebih
mengembang ke atas.
Ovalet
Ovalet merupakan bahan untuk
menstabilkan dan mengemulsi adonan sehingga bahan seperti lemak dan air bisa
menyatau, selain itu ovalet juga memperpanjang umur simpan dan mempertahankan
kelembapan (Sutomo, 2008). Ovalete
juga bahan stabilisator kue yang berbentuk lembut yang dapat memberikan rasa
empuk dan serat yang halus. Ovalete juga dapat membantu memaksimalkan
pengembangan kue pada saat proses pengocokan. Ovalete juga dilengkapi dengan
wangi vanilli.
Madu
Madu adalah cairan kental yang dihasilkan oleh lebah
madu dari berbagai
sumber
nektar. Madu
mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan kalium.
Vitamin – vitamin yang terdapat dalam
madu
adalah thiamin (B1), riboflavin (B2), asam askorbat (C), piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin,
asam folat, dan vitamin K. Sedangkan enzim yang penting
dalam madu adalah enzmi diastase, invertase, glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Selain itu
unsur kandungan lain madu adalah memiliki zat antibiotik
atau antibakteri.
Di zaman Yunani dan Mesir kuno, madu sering
digunakan untuk mengawetkan
daging sehingga hasilnya masih tetap segar setelah beberapa minggu disimpan. Selain itu madu
sudah dimanfaatkan untuk mengobati luka
bakar
dan luka akibat benda tajam. Sifat antibakteri dari madu membantu mengatasi infeksi pada luka (Adji,
S, 2004).
Garam
Garam dapur, juga dikenal dengan natrium klorida
atau halit adalah senyawa
kimia dengan rumus molekul NaCl.
Garam berfungsi melezatkan, memberi warna dan mengawetkan jenis makanan agar
tidak hambar.
Dalam Mmengolah masakan,
ada satu bahan yang pasti digunakan, yaitu garam. Nyatanya, fungsi garam tidak
sekadar menjadikan masakan jauh dari rasa hambar. Jarang sekali
membuat makanan tidak memakai garam karena garam merupakan elemen penting dalam
mengolah makanan, Selain memberikan
rasa pada masakan, garam juga membuat makanan menjadi lebih matang, Garam memberikan elemen-elemen pada makanan menjadi lebih
gurih serta kematangan jadi sempurna.
Garam
turut menjaga juicy bahan makanan yang digunakan sehingga akan terasa ketika
tersentuh lidah, pemakaian garam tidak digunakan pada olahan minuman karena
cita rasanya akan berubah.
III.
METODE PRAKTIKUM
Ø
Tepung
Jagung 90 g
Ø
Pati
Tapioka/sagu 60 g
Ø
Gula
Halus 52,5 g
Ø
Soda
Kue 1,8 %
Ø
Vanili
0,75 g
Ø
Madu
5 g
Ø
STPP
0,15 g
Ø
Garam
3 g
Ø
Ovalet
7,5 g
Ø
Margarine
15 g
Ø
Air
150 ml
B.
Alat
Ø
Baskom
Ø
Pisau
Ø
Oven
Ø
Kompor
Ø
Timbangan
Ø
Panci
Ø
Rolling
Pan
Ø
Plastik
C.
Prosedur Praktikum
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Keterangan :
Perlakuan perbandingan
masing masing kelompok
I Tepung Jagung : Tepung Tapioka à 90 g : 60 g
II Tepung Jagung : Tepung Tapioka à 105 g :
45 g
III Tepung Jagung : Tepung Tapioka à 120 g :
30 g
IV Tepung Jagung : Sagu à 90 g : 60 g
V Tepung Jagung : Sagu à 105 g :
45 g
VI Tepung Jagung : Sagu à 120 g :
30 g
Ø Warna
No.
|
Panelis
|
Perlakuan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
IV
|
||
1
|
1
|
1
|
3
|
2
|
3
|
3
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
2
|
3
|
3
|
1
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
4
|
4
|
2
|
4
|
4
|
2
|
3
|
3
|
4
|
3
|
3
|
5
|
5
|
2
|
3
|
4
|
4
|
3
|
2
|
6
|
6
|
2
|
3
|
4
|
4
|
4
|
1
|
7
|
7
|
1
|
3
|
2
|
4
|
3
|
1
|
8
|
8
|
2
|
3
|
2
|
4
|
3
|
1
|
9
|
9
|
4
|
1
|
3
|
3
|
3
|
1
|
10
|
10
|
1
|
3
|
3
|
4
|
4
|
1
|
Total
|
18
|
27
|
28
|
37
|
36
|
14
|
|
Rata-Rata
|
1,8
|
2,7
|
2,8
|
3,7
|
3,6
|
1,4
|
Kelompok
|
Rata-Rata
|
Keterangan warna
|
I
|
1,8 = 2
|
Cokelat Kekuningan
|
II
|
2,7 = 3
|
Kuning Kecoklatan
|
III
|
2,8 = 3
|
Kuning Kecoklatan
|
IV
|
3,7 = 4
|
Kuning
|
V
|
3,6 = 4
|
Kuning
|
VI
|
1,4 = 1
|
Cokelat
|
Keterangan
:
1. Cokelat
2. Cokelat kekuningan
3. Kuning kecoklatan
4.
Kuning
Ø
Tekstur
No.
|
Panelis
|
Perlakuan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
IV
|
||
1
|
1
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
4
|
3
|
1
|
3
|
3
|
4
|
4
|
3
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
5
|
5
|
4
|
3
|
2
|
4
|
3
|
2
|
6
|
6
|
3
|
2
|
1
|
3
|
3
|
2
|
7
|
7
|
3
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
8
|
8
|
3
|
3
|
2
|
4
|
4
|
4
|
9
|
9
|
3
|
3
|
4
|
3
|
2
|
3
|
10
|
10
|
2
|
2
|
3
|
3
|
4
|
3
|
Total
|
28
|
28
|
26
|
28
|
31
|
29
|
|
Rata-Rata
|
2,8
|
2,8
|
2,6
|
2,8
|
3,1
|
2,9
|
Kelompok
|
Rata-Rata
|
Keterangan tekstur
|
I
|
2,8 = 3
|
Renyah
|
II
|
2,8 = 3
|
Renyah
|
III
|
2,6 = 3
|
Renyah
|
IV
|
2,8 = 3
|
Renyah
|
V
|
3,1 = 3
|
Renyah
|
VI
|
2,9 = 3
|
Renyah
|
Keterangan
:
1. Tidak Renyah
2. Agak renyah
3. renyah
4. sangat renyah
Ø
Aroma
No.
|
Panelis
|
Perlakuan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
IV
|
||
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
2
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
4
|
4
|
1
|
1
|
1
|
3
|
2
|
1
|
5
|
5
|
2
|
1
|
4
|
1
|
2
|
2
|
6
|
6
|
2
|
1
|
2
|
1
|
1
|
2
|
7
|
7
|
1
|
3
|
3
|
1
|
2
|
4
|
8
|
8
|
1
|
2
|
3
|
3
|
4
|
1
|
9
|
9
|
1
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
10
|
10
|
2
|
3
|
1
|
2
|
1
|
4
|
Total
|
14
|
16
|
20
|
16
|
18
|
21
|
|
Rata-Rata
|
1,4
|
1,6
|
2
|
1,6
|
1,8
|
2,1
|
Kelompok
|
Rata-Rata
|
Keterangan aroma
|
I
|
1,4 = 1
|
Tidak khas
|
II
|
1,6 = 2
|
Agak khas
|
III
|
2 = 2
|
Agak khas
|
IV
|
1,6 = 2
|
Agak khas
|
V
|
1,8 = 2
|
Agak khas
|
VI
|
2,1 = 2
|
Agak khas
|
Keterangan
:
1. Tidak khas
2. Agak khas
3. Khas
4.
sangat
Khas
Ø
Rasa
No.
|
Panelis
|
Perlakuan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
IV
|
||
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
4
|
4
|
2
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
5
|
5
|
2
|
1
|
2
|
2
|
1
|
2
|
6
|
6
|
1
|
2
|
3
|
3
|
2
|
1
|
7
|
7
|
2
|
2
|
3
|
1
|
1
|
4
|
8
|
8
|
`
|
3
|
3
|
4
|
3
|
2
|
9
|
9
|
1
|
3
|
2
|
1
|
2
|
3
|
10
|
10
|
2
|
2
|
2
|
1
|
3
|
2
|
Total
|
18
|
23
|
23
|
23
|
22
|
21
|
|
Rata-Rata
|
1,8
|
2,3
|
2,3
|
2,3
|
2,2
|
2,1
|
Kelompok
|
Rata-Rata
|
Keterangan Rasa
|
I
|
1,8 = 2
|
Agak manis
|
II
|
2,3 = 2
|
Agak manis
|
III
|
2,3 = 2
|
Agak manis
|
IV
|
2,3 = 2
|
Agak manis
|
V
|
2,2 = 2
|
Agak manis
|
VI
|
2,1 = 2
|
Agak manis
|
Keterangan
:
1. Tidak manis
2. Agak manis
3. manis
4. sangat manis
Ø
Kesukaan
No.
|
Panelis
|
Perlakuan
|
|||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
IV
|
||
1
|
1
|
3
|
3
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
3
|
2
|
3
|
4
|
2
|
3
|
2
|
4
|
4
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
2
|
5
|
5
|
4
|
4
|
3
|
3
|
3
|
3
|
6
|
6
|
2
|
2
|
4
|
2
|
2
|
2
|
7
|
7
|
2
|
3
|
1
|
1
|
2
|
4
|
8
|
8
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
1
|
9
|
9
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
2
|
10
|
10
|
2
|
2
|
3
|
2
|
3
|
3
|
Total
|
24
|
24
|
24
|
22
|
27
|
23
|
|
Rata-Rata
|
2,4
|
2,4
|
2,4
|
2,2
|
2,7
|
2,3
|
Kelompok
|
Rata-Rata
|
Keterangan kesukaan
|
I
|
2,4 = 2
|
Agak suka
|
II
|
2,4 = 2
|
Agak suka
|
III
|
2,4 = 2
|
Agak suka
|
IV
|
2,2 = 2
|
Agak suka
|
V
|
2,7 = 3
|
Suka
|
VI
|
2,3 = 2
|
Agak suka
|
Keterangan
:
1. Tidak suka
2. Agak suka
3. suka
4. sangat suka
B.
Pembahasan
Flake atau breakfast cereal
merupakan salah satu bentuk makanan sarapan siap saji yang berupa lembaran
tipis, berbentuk oval, berwarna kuning kecoklatan, memiliki tekstur yang renyah, dalam praktikum ini kami
menggunakan bahan dasar tepung jagung, dengan semakin berkembangnya
produk sereal dari bahan baku jagung ini diharapkan dapat menurunkan tingginya
tingkat impor gandum di Indonesia.
Pembuatan breakfast
Cereal yang dilakukan ada 6 perlakuan. Perbedaaan Perlakuan ini dilakukan
untuk mengetahui hasil dan sifat organoleptik dari breakfast cereal tersebut yang meliputi warna, aroma, rasa,
tekstur, dan kesukaan. Enam Perlakuan tersebut yaitu :
I Tepung Jagung : Tepung Tapioka à 90 g : 60 g
II Tepung Jagung : Tepung Tapioka à 105 g :
45 g
III Tepung Jagung : Tepung Tapioka à 120 g :
30 g
IV Tepung Jagung : Sagu à 90 g : 60 g
V Tepung Jagung : Sagu à 105 g :
45 g
VI Tepung Jagung : Sagu à 120 g :
30 g
Kemudian ditambahkan bumbu-bumbu Gula halus 52,5 g, soda kue 1,8 g, vanili 0,75 g, madu 5 g, STPP 0,15 g, garam 3 g, ovalet 7,5 g , margarin 15 g dan air 150 ml (terhadap berat total tepung). Bahan
dicampurkan hingga rata dan diuleni hingga
menjadi adonan yang homogen. Menurut Dewanti, dkk. (2009), Tujuan pencampuran adalah untuk diversifikasi pangan sumber karbohidrat dan protein sehingga mendapatkan produk dengan komposisi gizi yang lebih baik. Kemudian dilakukan
steam blanching selama 15 menit.
Jagung yang memiliki kandungan karbohidrat (pati) cukup tinggi. Pemasakan
dengan steam ini menyebabkan pati jagung mengalami gelatinisasi sehingga mudah
dicerna saluran dalam pencernaan dan mudah
dicetak. Proses berikutnya adalah pembentukan adonan
yaitu dengan cara digiling dengan ketebalan 3-5 mm kemudian
dipanggang menggunakan oven suhu 1400C selama 60 menit.
Pencetakan
adonan yang terlalu tebal memungkinkan hasil kurang matang dan kandungan air
dalam bahan masih tinggi sehingga dapat menimbulkan produk cepat rusak.
Pemangggangan dengan suhu pemanasan yang terlalu tinggi maupun dengan waktu
pemanggangan yang terlalu lama juga dapat merusak tekstur, aroma dan rasa
produk. Oleh karena itu benar-benar harus sangat diperhatikan selama proses
pamanggangan ini.
Produk hasil
pengolahan kemudian dilakukan uji organoleptik dengan praktikan sebagai panelis
sekaligus sebagai pengujinya.
Hasil
uji panelis didapatkan produk
dengan tingkat warna tertinggi
adalah kelompok IV 3,7 = 4
(Kuning) yaitu perlakuan Tepung jagung dan sagu dengan perbandingan 90 g : 60 g,
dan
yang tingkat warna
paling rendah adalah kelompok
VI 1,4
= 1
(coklat)
yaitu
kombinasi tepung jagung dan sagu
dengan perbandingan 120g : 30g. Hal ini diakibatkan oleh
komposisi pati yang lebih banyak dapat mengakibatkan meningkatnya warna coklat
pada produk, selain itu penambahan madu juga mempengaruhi pencoklatan karena
madu terkaramelisasi.
Tingkat penilaian aroma khas produk yang tertinggi adalah kelompok VI 2,1 = 2 (Agak Khas) kombinasi tepung jagung dan sagu dengan perbandingan 120g : 30g.
sedangkan tingkat aroma
terendah adalah kelompok I 1,4 = 1 (Tidak khas) adalah kombinasi tepung jagung dan tepung tapioka
dengan perbandingan 90g
: 60g. dikarenakan pada
proses pembuatannya, bahan tambahan yang digunakan seperti mentega, terlalu
sedikit digunakan, sehingga aromanya tidak harum. Dapat juga dikarenakan tidak
sesuainya perbandingan antara tepung jagung yang digunakan dengan tapioka, sehingga aroma yang
dihasilkan bisa beraroma tepung, sehingga tidak harum seperti produk breakfast
cereal pada umumnya.
Penilaian rasa enak terhadap produk mendapatkan produk dengan
rasa paling enak adalah
kelompok II, III, IV sebesar 2,3 = 2 (agak enak) yaitu kombinasi tepung jagung dengan
tepung tapioka dengan perbandingan 105g : 45g, lalu
tepung
jagung dengan tepung tapioka dengan perbandingan 120g : 30g, dan tepung jagung dan sagu dengan perbandingan 90g
: 60 g. rasa enak paling rendah kelompok I sebesar 1,8 = 2 (Agak
enak) adalah kombinasi tepung jagung
dan tepung tapioka dengan perbandingan 90g : 60g.
Tekstur paling renyah adalah kelompok V sebesar 3,1 = 3 (renyah) yang didapat oleh produk
kombinasi tepung jagung dan sagu
dengan perbandingan 105g
: 45g dan tekstur
paling rendah teksturnya kelompok
III 2,6 = 3 (renyah) diperoleh produk
kombinasi tepung jagung
dan tepung tapioka dengan perbandingan 120g : 30g. Penambahan air yang
berlebihan menyebabkan tekstur yang tidak renyah, selain itu penambahan madu
yang terlalu banyak juga mengakibatkan adonan lebih lembek.
Untuk
tingkat kesukaan dari 6 perlakuan yang berbeda didapat tingkat kesukaan
tertinggi adalah flakes milik kelompok V sebesar 2,7 = 3 (suka) yaitu kombinasi
dari tepung jagung dan sagu
dengan perbandingan 105g
: 45g. tingkat kesukaan terendah
panelis adalah hasil kelompok IV sebesar 2,2 = 2 (Agak Suka) dengan kombinasi
tepung jagung dan sagu dengan perbandingan 90g : 60 g.
Uji organoleptik tersebut sangat
mempengaruhi tingkat kesukaan panelis. Faktor-faktor yang menyebabkan panelis
suka atau tidak suka pada produk breakfast cereal bisa berupa terlalu
banyaknya/kurangnya bahan tambahan yang digunakan untuk proses pembuatan produk
tersebut. Praktikan terlalu terburu-buru memasukkan bahan-bahan tambahan ke
dalam adonan juga dapat menyebabkan karakteristik produk kurang menarik.
Pada tahap pembuatan produk breakfast cereal, saat produk selesai
dioven, terdapat karakteristik tekstur dan warna yang tidak seragam pada
produk. Hal tersebut dikarenakan ukuran produk yang berbeda-beda. Pada saat
pencetakan, terdapat ukuran produk yang terlalu besar dan tebal, sehingga
mengakibatkan warna dan tekstur pada produk kurang seragam saat pemanggangan.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dalam praktikum ini kami membuat breakfast
ceral dengan kombinasi bahan yang berbeda antar tepung jagung dengan tepung
tapioca dan tepung jagung dengan sagu, Caranya bahan
dicampurkan hingga rata dan diuleni hingga
menjadi adonan yang homogen. Kemudian disteam blanching selama 15 menit.
Proses berikutnya adalah pembentukan adonan yaitu dengan cara digiling dan dicetak kotak dengan ketebalan 3-5 mm kemudian
dipanggang menggunakan oven dengan suhu 1400C
selama 60 menit. Hasil dari praktikum tersebut
dinilai dengan 10 panelis sehingga kami mendapatkan sifat organoleptik tiap produk.
Untuk tingkat
warna tertinggi
adalah kelompok IV 3,7 = 4
(Kuning) yaitu perlakuan Tepung jagung dan sagu dengan perbandingan 90 g : 60 g.
Untuk Tingkat
aroma khas
produk yang tertinggi adalah kelompok
VI 2,1 = 2 (Agak Khas) kombinasi tepung jagung dan sagu dengan perbandingan 120g : 30g. untuk tingkat rasa enak terhadap
produk didapatkan produk
rasa paling enak adalah
kelompok II, III, IV sebesar 2,3 = 2 (agak enak) yaitu kombinasi tepung jagung dengan
tepung tapioka dengan perbandingan 105g : 45g,
lalu tepung jagung dengan tepung tapioka dengan
perbandingan 120g
: 30g, dan
tepung jagung dan sagu
dengan perbandingan 90g : 60 g. Untuk tekstur paling renyah adalah kelompok V sebesar 3,1 = 3 (renyah) yang didapat oleh produk kombinasi
tepung jagung dan sagu
dengan perbandingan 105g
: 45g. Untuk tingkat kesukaan
tertinggi adalah flakes milik kelompok V sebesar 2,7 = 3 (suka) yaitu kombinasi
dari tepung
jagung dan sagu
dengan perbandingan 105g
: 45g.
- Saran
Sebaiknya
dalam proses pencetakan, adonan yang dicetak diusahakan berukuran kecil dan
tidak terlalu tebal, agar semua adonan kering secara merata ketika proses
pemanggangan dan mendapatkan hasil yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adji, Suranto.
2004. Khasiat dan Manfaat Madu
Herbal.
Jakarta : Agromedia Pustaka.
Dewanti,
Tri, dkk., 2009. Tepung Bubur Sereal Instan Metode Ekstruksi
Dari Sorgum Dan Kecambah Kacang Tunggak (Kajian Proporsi Bahan Dan Penambahan
Maltodekstrin). Jurnal Teknologi Pertanian
Vol 3 No.1: 35 – 44.
Fizzell, D., G.
Coccodrilli and C.J. Cante. 1992. Breakfast
Cereals. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Hartoyo,
A. Dan F.H Sunandar. 2006. Pemanfaatan
Tepung Komposit Ubi Jalar Putih(Ipomea batatas L) Kecambah Kedelai (Glycine max Merr.) dan Kecambah Kacang Hijau (Virginia radiata L) Sebagai Substituen Parsial Terigu
Dalam Produk Pangan Alternatif Biskuit Kaya Energi Protein. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan, Vol.XVII No.1 Thn. 2006.
Herliana, S. 2006. Pengaruh Jumlah Air dan Lama Pengukusan
Terhadap Beberapa Karakteristik Flakes Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz). Skripsi. S1-Fakultas Teknologi Industri
Pertanian, Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang.
Khasanah, U.,
2004. Formulasi, Karakterisasi
Fisiko-Kimia dan Organoleptik Produk Makanan Sarapan Ubi
Jalar (Sweet Potato Flakes). Skripsi. Fateta-IPB.
Bogor.
Khomsan,
A., 2002. Pangan dan Gizi Untuk Kesehatan. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Mudjisihono, R. 1994. Studi pembuatan
roti campuran tepung jagung dan sorgum. Jurnal Ilmu Pertanian
Indonesia. . 4 (1):16-22.
Munarso, J. dan R. Mudjisihono. 1994. Teknologi
pengolahan jagung untuk menunjang agroindustri pedesaan, Makalah Simposium
Penelitian Tanaman Pangan III. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993.
Puslitbangtan Bogor.
Suarni, O. Komalasari, dan Suardi. 2001. Karakteristik tepung jagung beberapa varietas/galur. Prosiding
Seminar Regional BPTP, Palu. hal. 157-163.
Suhaidi, I.
2003. Pengaruh Lama Perendaman Kedelai dan Jenis Zat Penggumpal
Terhadap Mutu Tahu.
USU Digital Library. Universitas Sumatra Utara.
Sutomo,
B., 2008. Sukses Wirausaha Roti Favorit. Jakarta : Puspa Swara.
Sutomo, B. 2008. Sukses
Wirausaha Jajan Pasar Favorit. Jakarta : Kriya Pustaka.
Tombe, Mesak. 2010. Teknologi Ramah Lingkungan Dalam Pengendalian Penyakit Busuk Batang
Vanili. Pengembangan Inovasi Pertanian 3(2), 2010: 138-153
Ass. kak mau tanya, Bahan STTP itu apa ?
ReplyDelete