LAPORAN
PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
PANGAN
ACARA
III
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP
MIKROBA
KELOMPOK
1
Penanggung
jawab:
Fika Puspita (A1M012001)
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang
mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan
tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan
gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada
akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Faktor
temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi
peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme
sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan
maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu
mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2009)
Bakteri termasuk jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk
bertahan hidup. Bakteri merupakan mikroba yang mengalami pertumbuhan yang cepat
ditandai dengan pertumbuhan dengan membentuk semacam koloni. Waktu generasi
pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada
yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari
Dari sudut yang berbeda Mikroorganisme banyak yang bermanfaat dan
banyak pula yang merusak dan membahayakan manusia, termasuk dalam dunia pertanian. Hal ini tampak pada kemampuannya untuk membantu
tumbuhan, menginfeksi tumbuhan
sampai dengan mikroorganisme
penghasil racun. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur untuk mengendalikannya
agar yang bermanfaat dapat lebih menguntungkan dan yang merusak tidak merugikan
manusia.
Salah satu upaya untuk mencegah pertumbuhan
bakteri khususnya pada bahan pangan adalah dengan metode pemanasan, Pemanasan
yang digunakan untuk membunuh spora pada
bakteri , namun tergantung juga pada bakteri dan ketahanan nya pada temperature
yang berbeda - beda. Untuk itu praktikum pengaruh pemanasan terhadap mikroba
ini perlu dilakukan.
Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanasan
(suhu tinggi) terhadap kematian mikroba.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Mikroba (Bakteri)
Mikroba
adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri,
fungi dan virus. Bakteri
berkembang biak secara aseksual yaitu dengan pembelahan diri menjadi dua
(binary fission) dan secara konyugasi. Sel-sel akan memanjang dan apabila sudah
mencapai dua kali ukuran normal akan membelah di bagian tengah menjadi dua sel
yang selanjutnya akan mengalami pembelahan. Seksual yaitu pertukaran materi
genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekomendasi
genetik atau rekomendasi DNA. Rekombinasi genetik menghasilkan dua sel bakteri
yang masing-masing memiliki kombinasi materi genetik dari dua sel induk.
Rekombinasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Transformasi, Transduksi
dan Konyugasi
·
Transformasi
adalah pemindahan sedikit materi genetik bahkan satu gen saja dari satu sel
bakteri ke sel bakteri yang lainnya Streptococcus pneumonia; Neiseeria
gonorrhoeae; Bacillus dan Rhizobium.
·
Transduksi
adalah pemindahan sedikit materi genetik satu sel bakteri ke bakteri lainnya
dengan perantara organisme lainnya yaitu bacteriophage.
·
Konyugasi
: terjadi penggabungan gen antara dua sel. Sel bakteri mempunyai plasmid yang
membawa gen disebut faktor sek, memberikan gen tersebut kepada sel yang tidak
mempunyai faktor sek. Faktor sek tersebut diberikan melalui jembatan sitoplasma
yang terbentuk diantara dua sel. Jembatan sitoplasma yang menghubungkan dua sel
itu disebut pili sek. Jenis kelamin bakteri tidak dapat ditentukan, hanya saja
bakteri yang memberikan DNA disebut jantan dan sebaliknya bakteri penerima DNA
disebut betina.
Pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba umumnya sangat
tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini
dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk
kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan
optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi
juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai
tipe mikroba.
Pertumbuhan didefiniskkan sebagai
penambahan jumlah sel atau biomassa yang berurutan dan teratur seiring dengan
waktu. Pertumbuhan meliputi jumlah sel, berat kering, kandungan protein,
kandungan asam nukleat, dan sebagainya. Nutrisi yang tersedia untuk kultivasi
mikroba harus di dukung oleh kondisi fisik yang menghasilkan pertumbuhan
optimum. Proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju
reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri tentunya
juga dipengaruhi oleh suhu. Selain itu suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan
dan jumlah total pertumbuhan organisme (Pelczar & Chan, 1986).
Beberapa faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu,
air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985). Kemampuan mikroorganisme untuk
tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat
penting di dalam mengendalikan mikroba.
Berikut ini faktor-faktor penting
yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu diantaranya :
1.
Air
Semua organisme membutuhkan air
untuk kehidupannya. Air berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan
alat pengangkut zat gizi ke dalam sel atau hasil metabolit ke luar sel. Semua
kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk cair dan apabila air tersebut
mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam
larutan gula atau garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh
mikroorganisme. Pengaruh air terhadap pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan
sebagai aktivitas air (Aw), yaitu jumlah air bebas yang tersedia dan dapat
digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan makanan. Jenis
mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda untuk
pertumbuhannya.
Kebanyakan bakteri dapat hidup pada
Aw >0.90, sedangkan kebanyakan kapang dan khamir berturut-turut dapat hidup
pada Aw >0.70 dan Aw >0.80. Pada Aw yang rendah, mikroorganisme akan mati
karena sel-sel di mikroorganisme akan berdifusi ke luar sebagai akibat
terjadinya proses kesetimbangan osmotik. Dengan kata lain, selama konsentrasi
solut di luar sel lebih besar dibanding di dalam sel, maka migrasi air akan
terjadi untuk menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel
menyebabkan sel mati disebabkan oleh dehidrasi.
2.
Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup
lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan
selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen,
oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan
atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan
mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih
dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi
pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan
seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih
dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi
mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
3.
Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah
satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme.
Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan
mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu : a. Suhu minimum yaitu suhu
yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti. b. Suhu optimum
yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut
juga suhu inkubasi). c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya
maka pertumbuhan tidak terjadi.
Sehubungan
dengan penggolongan suhu di atas, maka mikroba digolongkan menjadi :
Tabel 1
: Penggolongan
bakteri menurut suhu
Kelompok
|
Suhu
Minimum
|
Suhu
Optimum
|
Suhu
Maksimum
|
Psikrofil
|
- 15o C.
|
10o C.
|
20o C.
|
Psikrotrof
|
- 1o C.
|
25o C.
|
35o C.
|
Mesofil
|
5 – 10o C.
|
30 – 37o C.
|
40o C.
|
Thermofil
|
40o C.
|
45 – 55o C.
|
60 – 80o C.
|
Thermotrof
|
15o C.
|
42 – 46o C.
|
50o C.
|
Berdasarkan
ketahanan panas mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu : a. Peka
terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC
selama 10-20 menit. b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC
selama 10 menit untuk mematikan sel. c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu
lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
Psikrofil adalah
kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30o C dengan
suhu optimum sekitar 15oC. Mesofil adalah kelompok mikroba pada
umumnya, mempunyai suhu minimum 15oC suhu optimum 25-37oC
dan suhu maksimum 45-55oC. Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi
dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang
mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi. Selain itu dapat
memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu
tinggi. Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang
relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi.
Kelompok ini mempunyai suhu minimum 40o C, optimum pada suhu
55-60o C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75oC.
Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30oC dan mempunyai suhu
pertumbuhan optimum pada 60oC, dikelompokkan ke dalam mikroba
termofil obligat. Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu
30oC, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang
hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang
dapat hidup diatas 50oC (termotoleran). Contoh bakteri
termotoleran adalah Methylococcus capsulatus. Contoh bakteri termofil
adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi
sulfat/sulfur. Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi
(Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
4.
Kelembaban Air
Kelembaban
sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat
mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri
tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh
pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada
umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi
diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang
rendah dibawah 80%. Kadar air bebas
didalam larutan merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan
dengan tekanan uap air murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar
air bebas didalam larutan untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90
sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik mendekati 0,75.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam
keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora,
konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam
pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti.
Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh tekanan
osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
5. Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing
dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda. Faktor kimia yaitu pH, setiap jenis
bakteri mempunyai pH lingkungan yang optimal (Neutrofil 6.0-8.0), minimal
(Asidofil 2.0-5.0), dan maksimal (Alkalofil, 8.4-9.5) dalam kegiatan
fisiologisnya. Kegiatan fisiologis bakteri berguna dalam mempertahankan
kelangsungan hidup dan melakukan proses biokimia yang berkelanjutan. Dimana
proses ini dikatalisi oleh enzim-enzim. Kemudian adanya zat kimia, dapat berupa
desinfektan dan antiseptik, seperti garam-garam logam, fenol, formaldehid,
alkohol, yodium, zat-zat warna, detergen/sabun, dan antibiotik.
6. Ketersediaan
Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik
sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal
ini digolongkan menjadi :
a. Aerobik : hanya dapat tumbuh
apabila ada oksigen bebas.
b. Anaerob : hanya dapat tumbuh
apabila tidak ada oksigen bebas.
c. Anaerob fakultatif : dapat
tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
d. Mikroaerofilik : dapat tumbuh
apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
7. Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi
bakteri jika tekanan osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan
mengalami plasmolisis. Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang
hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya
sel. Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus
berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki
daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu
besar.
8. Faktor
kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga
lalu lintas zat-zat yang keluar masuk sel mikroorganisme menjadi kacau.
Oksidasi, beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu
sehingga fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim. Terjadinya ikatan kimia,
ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim. Sehigga
fungsi enzim terganngu. Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat
zulfat memblokir sintesa folic acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa,
asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur. Mengubah
sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang
mempengaruhi pertumbuhan:
v Logam-logam berat
v Klor dan senyawa klor
v Fenol dan senyawa-senyawa
sejenis
v Zulfonomida
v Alkohol
v Detergen
v Aldehit
v Zat pewarna
v Yodium
v Peroksida
9. Pengaruh
mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam
tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti halnya manusia tidak
dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme di alam ini
berada dalam suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis. Kehidupan
bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga
mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat
ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor
lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di
mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup
adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam
bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor
abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan
osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia
(misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Eschericia coli
Bakteri ini bisa
menggandakan tubuhnya atau yang disebut pula dengan generasi dalam waktu 15
hingga 20 menit saja. dalam waktu tersebut bakteri ini mampu menggandakan
tubuhnya menjadi dua kali lipat. Dalam bagan geometrik eksponensiall, tercatat
dalam waktu 10 jam saja satu sel bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya dan
berkembang menjadi lebih dari 1 triliun sel. Escherichia
coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169).
Kecepatan berkembangbiak bakteri ini
adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu
tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan
terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan bakteri ini adalah antara 80C-460C, tetapi suhu optimumnya adalah
370C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan
vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978:82).
Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan Bacteri endemik (Dalam
epidemiologi , suatu infeksi dikatakan endemik dalam populasi ketika infeksi
dipertahankan dalam populasi tanpa input dari luar) , bakteri terestial,
Gram-positif , berbentuk batang , beta hemolitik bakteri, bersifat aerobik, dan
mampu membentuk spora yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk
pangan (Tay, et al., 1982). Bacillus sp termasuk kedalam family
Bacillaceae. Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan
yang mengandung NaOH dan HCL (Vecci dan Drago, 2006). Bakteri Bacillus cereus memiliki nilai waktu generasi dan
konstanta laju pertumbuhan sebesar 18 menit dan 2,27 jam (Dwipayana dan Ariesyady, 2009)
Apabila Memasak di suhu kurang dari
atau sama dengan 100 ° C (212 °
F)memungkinkan beberapa B. spora cereus untuk bertahan hidup. Masalah ini diperparah ketika makanan
itu tidak benar didinginkan , yang memungkinkan endospores untuk
berkecambah. makanan dimasak
tidak dimaksudkan untuk dipakai sendiri atau pendinginan yang cepat dan
pendinginan harus disimpan pada suhu di atas60 ° C (140 ° F). Perkecambahan dan pertumbuhan umumnya
terjadi antara 10-50 ° C (50-122 ° F).
III.
METODE
Bahan
Ø Biakkan Eschericia
coli dan Bacillus cereus
Ø Medium NA
Ø Akuades
Ø NaCl 0,85%
Alat
Ø Tabung Reaksi
Ø Penangas Air
Ø Petridish
Ø Pipet steril
Prosedur kerja
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Mikroba
|
Waktu
Pemanasan |
Jumlah Mikroba
|
|||||||
Suhu 50⁰C
|
Suhu 70⁰C
|
||||||||
24 Jam
|
48 Jam
|
24 Jam
|
48 Jam
|
||||||
10⁻⁴
|
10⁻⁵
|
10⁻⁴
|
10⁻⁵
|
10⁻⁴
|
10⁻⁵
|
10⁻⁴
|
10⁻⁵
|
||
E.coli
|
0 menit
|
25
|
2
|
188
|
10
|
25
|
2
|
188
|
10
|
10 menit
|
17
|
0
|
21
|
0
|
286
|
137
|
672
|
340
|
|
20 menit
|
65
|
8
|
94
|
23
|
1092
|
820
|
1348
|
1208
|
|
30 menit
|
184
|
3
|
204
|
7
|
188
|
335
|
168
|
286
|
|
B.cereus
|
0 menit
|
672
|
544
|
748
|
580
|
672
|
544
|
748
|
580
|
10 menit
|
62
|
1
|
72
|
3
|
1692
|
1514
|
1860
|
1848
|
|
20 menit
|
357
|
41
|
391
|
51
|
392
|
252
|
472
|
364
|
|
30 menit
|
710
|
178
|
1780
|
183
|
1036
|
267
|
967
|
2700
|
Gambar 1. Grafik pemanasan E.coli yang diinkubasi selama 24 jam
Gambar 2. Grafik pemanasan E.coli yang diinkubasi selama 48 jam
Gambar 3. Grafik pemanasan B.cereus yang diinkubasi selama 24 jam
Gambar 4. Grafik pemanasan B.cereus yang diinkubasi selama 48 jam
B. Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan 16 tabung reaksi yang diisi dengan
bakteri E.coli dan B.cereus. Masing-masing tabung mendapat
perlakuan yang berbeda. 4 tabung yang berisi E.coli dipanaskan pada suhu 50oC dengan lama pemanasan
0, 10, 20, dan 30 menit. 4 tabung yang juga berisi E.coli dipanaskan pada suhu 70oC
dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit. Sedangkan 4 tabung yang berisi B.cereus dipanaskan pada suhu 50oC dengan lama pemanasan
0, 10, 20, dan 30 menit. Dan 4 tabung yang juga berisi B.cereus dipanaskan pada suhu 70oC
dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit.
Pada umumnya semakin tinggi
suhu pertumbuhan bakteri, resistensi terhadap pemanasan semakin tinggi. Dari hasil pengamatan di waktu 24 jam
inkubasi, diperoleh data bahwa untuk E.coli pada pemanasan suhu 50oC
mengalami kenaikan jumlahnya saat dipanaskan waktu 0, 20 dan
30 menit di pengenceran 10-4
yaitu 25, 65, 184 cfu/g dan sempat turun dari 25 cfu/g ke 17 cfu/g saat dipanaskan 10
menit. Untuk pengenceran 10-5 pertumbuhan mikroba tidak tetap,
pemanasan 0-10 menit menurunkan jumlah mikroba dari 2 ke 0 cfu/g. dari pemanasan 10-20 menit teradi
peningkatan tumbuh dari 0 ke 8 cfu/g. dan kemudian di
pemanasan 30 menit turun lagi menjadi 3 cfu/g. Untuk E. coli dengan
suhu pemanasan 70oC di waktu pemanasan
0, 10, 20 menit baik dengan pegenceran 10-4 dan 10-5
terjadi keseragaman peningkatan pertumbuhan yaitu berturut turut 25, 286, 1092 cfu/g , dan 2, 137, 820 cfu/g, sedangkan di pemanasan 30 menit sama sama
terjadi penurunan di pengenceran 10-4 adalah 188 cfu/g, dan di pengenceran 10-5 adalah
335 cfu/g. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan saat
memasukkan koloni mikroba ke cawan petri terjadi kontaminasi dari luar,
sehingga mikroba yang seharusnya semakin lama waktu pemanasannya semakin
sedikit, justru terjadi ketidakstabilan pertumbuhan, sehingga ada yang menurun
dan ada juga yang meningkat seiring lama waktu pemanasan.
Untuk inkubasi 24 jam terhadap bakteri B. cereus di suhu pemanasan 50o C untuk pengenceran
10-4 dan 10-5 di waktu 0 sampai 10 menit terjadi
penurunan jumlah koloni yakni dari 672 ke 62 cfu/g, dan dari 544 ke 1 cfu/g. Sedangkan di pemanasan 20 sampai 30 menit teradi
kenaikan pertumbuhan dari 357 ke 710 cfu/g, dan dari 41 ke 178 cfu/g. Untuk yang pemanasan di suhu 70o C di pengenceran 10-4
dan 10-5 dengan waktu 0 ke 10 justru mengalami peningkatan yaitu
dari 672 ke 1692 cfu/g dan dari 544 ke 1514 cfu/g, lalu di waktu 20 ke 30 menit untuk
pengenceran 10-4 mengalami kenaikan dari 392 ke 1036 cfu/g, sama halnya di pengnceran 10-5
kenaikan pun terjadi namun tidak signifikan yaitu 252 ke 267 cfu/g.
Selanjutnya adalah pengamatan kami di hari
kedua, dengan inkubasi selama 48 jam, untuk E.
coli di suhu 50o C untuk pengenceran
10-4 di waktu 0 menit terdapat 188 cfu/g, 20 menit terdapat 21 cfu/g mikroba, 30 menit terdapat 94 cfu/g mikroba, dan 30 menit pemanasan terdapat 204 cfu/g mikroba. Sedangkan, di pengenceran 10-5
dari 0 ke 10 menit terjadi penurunan tumbuh mikroba dari 10 ke 0 cfu/g, dan meningkat lagi di 20 menit sebanyak 23 cfu/g, lalu turun lagi di 30 menit yaitu 7 cfu/g. Di suhu 70o C dengan pengenceran
10-4 dan 10-5 terjadi kenaikan pertumbuhan mulai 0, 10
sampai 20 menit, yaitu 188 ke 672 ke 1348 cfu/g, lalu dari 10 ke 340 ke 1208 cfu/g. namun di waktu pemanasan 30 menit sama sama
terjadi penurunan tumbuh, untuk 10-4 sebanyak 168 cfu/g, dan untuk 10-5 adalah 286 cfu/g.
Untuk bakteri B. cereus inkubasi 48 jam. Di suhu 50o C Saat pengenceran 10-4
di waktu 0 menit terdapat 748 cfu/g, 20 menit terdapat 72
cfu/g mikroba, 30 menit terdapat 391 cfu/g mikroba, dan 30 menit pemanasan terdapat 1780
cfu/g mikroba. Sedangkan, di pengenceran 10-5
dari 0 ke 10 menit terjadi penurunan tumbuh mikroba dari 580 ke 3 cfu/g, dan meningkat lagi di 20 menit sebanyak 51 cfu/g, lalu turun lagi di 30 menit yaitu 183 cfu/g. Di suhu 70o C dengan pengenceran
10-4 dan 10-5 terjadi kenaikan pertumbuhan mulai 0 ke 20
menit, yaitu 748 ke 1860 cfu/g, lalu dari 580 ke 1848
cfu/g. namun di waktu pemanasan 20 menit sama sama
terjadi penurunan tumbuh, untuk 10-4 sebanyak 472 cfu/g, dan untuk 10-5 adalah 364 cfu/g. dan di suhu 30 menit terjadi kenaikan
pertumbhan lagi. Untuk yang pengenceran 10-4 sebanyak 967 cfu/g, sedangkan pengenceran 10-5
sebanyak 2700 cfu/g.
Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2
kita bisa melihat dengan jelas bahwa E.
coli tumbuh meningkat, ini memang sesuai pada pustaka bahwa Escherichia
coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan
laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169).
Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor
media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat
dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim
sekalipun.
Sedangkan di
gambar 3 dan gambar 4 kita bisa melihat bahwa bakteri B. cereus tidak stabil pertumbuhannya, B. cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35 – 40oC, sumber
lain juga mengatakan bacillus adalah bakteri termotoleran, sehingga ia dapat
bertahan hidup di suhu 50oC.
Untuk data dari praktikum ini adalah asli dari
praktikan, grafik yang naik turun juga diduga adalah terjadinya kontaminasi
saat praktikan memasukkan stater bakteri dari pengenceran menuju cawan petri.
V.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan melihat hasil
praktikum dan dari Gambar 1, gambar 2, gambar 3, dan gambar 4 dapat disimpulkan
bahwa untuk E. coli semakin
tinggi suhu pertumbuhan bakteri, maka
resistensi
terhadap pemanasan semakin tinggi,
karena E. coli tahan terhadap suhu
ekstrim, sedangkan untuk B. cereus tidak stabil pertumbuhannya, B. cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35 – 40o C, sumber
lain juga mengatakan bacillus adalah bakteri termotoleran, sehingga ia dapat
bertahan hidup di suhu 50o C.
B. Saran
1.
Seharusnya
foto dikoordinir
2.
Alat
yang sudah dipakai langsung dicuci sendiri sehingga tidak merepotkan orang yang
ingin menggunakan
3.
Saat
pengamatan seharusnya dihitung secara teliti agar data yang didapatkan valid.
DAFTAR
PUSTAKA.
Buckle, K. A,
1985, Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Drago I, Mombelli
B, De Vecchi E, Fassina MC, Tocalli L, Gismondo MR. 2002. In vitro
antimicrobial activity of propolis dry extract. J Chemotherapy.
Dwidjoseputro.
1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwipayana
dan Ariesyady, H.D. 2009. Identification of
Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventional
Microbiological Technique. Environmental Enggineering Study Program.
Bandung Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium
Mikrobiologi, Gramedia, Jakarta
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas,
T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta
Pelczar, M. J.,
Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New
York.
Suharni,
Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya.
No comments:
Post a Comment