-->

Sunday, September 7, 2014

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI PANGAN PENGARUH PEMANASAN TERHADAP MIKROBA

LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI PANGAN  

ACARA III
PENGARUH PEMANASAN TERHADAP MIKROBA


KELOMPOK 1
Penanggung jawab:
Fika Puspita    (A1M012001)



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO

2014

I.                   PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya. Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2009)
Bakteri termasuk jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup. Bakteri merupakan mikroba yang mengalami pertumbuhan yang cepat ditandai dengan pertumbuhan dengan membentuk semacam koloni. Waktu generasi pada setiap bakteri tidak sama, ada yang hanya memerlukan 20 menit bahkan ada yang memerlukan sampai berjam-jam atau berhari-hari
 Dari sudut yang berbeda Mikroorganisme banyak yang bermanfaat dan banyak pula yang merusak  dan  membahayakan manusia, termasuk dalam  dunia pertanian. Hal ini tampak pada kemampuannya untuk membantu tumbuhan, menginfeksi tumbuhan  sampai  dengan mikroorganisme penghasil racun. Oleh karena itu, perlu adanya prosedur untuk mengendalikannya agar yang bermanfaat dapat lebih menguntungkan dan yang merusak tidak merugikan manusia.
Salah satu upaya untuk mencegah pertumbuhan bakteri khususnya pada bahan pangan adalah dengan metode pemanasan, Pemanasan yang digunakan untuk membunuh spora pada bakteri , namun tergantung juga pada bakteri dan ketahanan nya pada temperature yang berbeda - beda. Untuk itu praktikum pengaruh pemanasan terhadap mikroba ini perlu dilakukan.

Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemanasan (suhu tinggi) terhadap kematian mikroba.


II.                TINJAUAN PUSTAKA
Mikroba (Bakteri)
Mikroba adalah organisme berukuran mikroskopis yang antara lain terdiri dari bakteri, fungi dan virus. Bakteri berkembang biak secara aseksual yaitu dengan pembelahan diri menjadi dua (binary fission) dan secara konyugasi. Sel-sel akan memanjang dan apabila sudah mencapai dua kali ukuran normal akan membelah di bagian tengah menjadi dua sel yang selanjutnya akan mengalami pembelahan. Seksual yaitu pertukaran materi genetik dengan bakteri lainnya. Pertukaran materi genetik disebut rekomendasi genetik atau rekomendasi DNA. Rekombinasi genetik menghasilkan dua sel bakteri yang masing-masing memiliki kombinasi materi genetik dari dua sel induk. Rekombinasi dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu : Transformasi, Transduksi dan Konyugasi
·         Transformasi adalah pemindahan sedikit materi genetik bahkan satu gen saja dari satu sel bakteri ke sel bakteri yang lainnya Streptococcus pneumonia; Neiseeria gonorrhoeae; Bacillus dan Rhizobium.
·         Transduksi adalah pemindahan sedikit materi genetik satu sel bakteri ke bakteri lainnya dengan perantara organisme lainnya yaitu bacteriophage.
·         Konyugasi : terjadi penggabungan gen antara dua sel. Sel bakteri mempunyai plasmid yang membawa gen disebut faktor sek, memberikan gen tersebut kepada sel yang tidak mempunyai faktor sek. Faktor sek tersebut diberikan melalui jembatan sitoplasma yang terbentuk diantara dua sel. Jembatan sitoplasma yang menghubungkan dua sel itu disebut pili sek. Jenis kelamin bakteri tidak dapat ditentukan, hanya saja bakteri yang memberikan DNA disebut jantan dan sebaliknya bakteri penerima DNA disebut betina.

Pertumbuhan mikroba
Pertumbuhan mikroba umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba.
Pertumbuhan didefiniskkan sebagai penambahan jumlah sel atau biomassa yang berurutan dan teratur seiring dengan waktu. Pertumbuhan meliputi jumlah sel, berat kering, kandungan protein, kandungan asam nukleat, dan sebagainya. Nutrisi yang tersedia untuk kultivasi mikroba harus di dukung oleh kondisi fisik yang menghasilkan pertumbuhan optimum. Proses pertumbuhan bergantung pada reaksi kimiawi dan karena laju reaksi-reaksi ini dipengaruhi oleh suhu, maka pola pertumbuhan bakteri tentunya juga dipengaruhi oleh suhu. Selain itu suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme (Pelczar & Chan, 1986).
Beberapa faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme meliputi suplai zat gizi, waktu, suhu, air, pH dan tersedianya oksigen (Buckle, 1985). Kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tetap hidup merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba sangat penting di dalam mengendalikan mikroba.
Berikut ini faktor-faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba yaitu diantaranya :
1.        Air
Semua organisme membutuhkan air untuk kehidupannya. Air berperan dalam reaksi metabolik dalam sel dan merupakan alat pengangkut zat gizi ke dalam sel atau hasil metabolit ke luar sel. Semua kegiatan ini membutuhkan air dalam bentuk cair dan apabila air tersebut mengalami kristalisasi dan membentuk es atau terikat secara kimiawi dalam larutan gula atau garam, maka air tersebut tidak dapat digunakan oleh mikroorganisme. Pengaruh air terhadap pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan sebagai aktivitas air (Aw), yaitu jumlah air bebas yang tersedia dan dapat digunakan untuk pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan makanan. Jenis mikroorganisme yang berbeda membutuhkan jumlah air yang berbeda untuk pertumbuhannya.
Kebanyakan bakteri dapat hidup pada Aw >0.90, sedangkan kebanyakan kapang dan khamir berturut-turut dapat hidup pada Aw >0.70 dan Aw >0.80. Pada Aw yang rendah, mikroorganisme akan mati karena sel-sel di mikroorganisme akan berdifusi ke luar sebagai akibat terjadinya proses kesetimbangan osmotik. Dengan kata lain, selama konsentrasi solut di luar sel lebih besar dibanding di dalam sel, maka migrasi air akan terjadi untuk menyeimbangkan konsentrasi. Migrasi air dari dalam sel menyebabkan sel mati disebabkan oleh dehidrasi.
2.        Suplai Nutrisi
Mikroba sama dengan makhluk hidup lainnya, memerlukan suplai nutrisi sebagai sumber energi dan pertumbuhan selnya. Unsur-unsur dasar tersebut adalah : karbon, nitrogen, hidrogen, oksigen, sulfur, fosfor, zat besi dan sejumlah kecil logam lainnya. Ketiadaan atau kekurangan sumber-sumber nutrisi ini dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba hingga pada akhirnya dapat menyebabkan kematian. Kondisi tidak bersih dan higinis pada lingkungan adalah kondisi yang menyediakan sumber nutrisi bagi pertumbuhan mikroba sehingga mikroba dapat tumbuh berkembang di lingkungan seperti ini. Oleh karena itu, prinsip daripada menciptakan lingkungan bersih dan higinis adalah untuk mengeliminir dan meminimalisir sumber nutrisi bagi mikroba agar pertumbuhannya terkendali.
3.        Suhu / Temperatur
Suhu merupakan salah satu faktor penting di dalam mempengaruhi dan pertumbuhan mikroorganisme. Berdasarkan hal di atas, maka suhu yang berkaitan dengan pertumbuhan mikroorganisme digolongkan menjadi tiga, yaitu : a. Suhu minimum yaitu suhu yang apabila berada di bawahnya maka pertumbuhan terhenti. b. Suhu optimum yaitu suhu dimana pertumbuhan berlangsung paling cepat dan optimum. (Disebut juga suhu inkubasi). c. Suhu maksimum yaitu suhu yang apabila berada di atasnya maka pertumbuhan tidak terjadi.

Sehubungan dengan penggolongan suhu di atas, maka mikroba digolongkan menjadi :
Tabel 1 : Penggolongan bakteri menurut suhu
Kelompok
Suhu Minimum
Suhu Optimum
Suhu Maksimum
Psikrofil
- 15C.
10C.
20C.
Psikrotrof
- 1C.
25C.
35C.
Mesofil
5 – 10C.
30 – 37C.
40C.
Thermofil
40C.
45 – 55C.
60 – 80C.
Thermotrof
15C.
42 – 46C.
50C.

Berdasarkan ketahanan panas mikroba dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu : a. Peka terhadap panas, apabila semua sel rusak apabila dipanaskan pada suhu 60oC selama 10-20 menit. b. Tahan terhadap panas, apabila dibutuhkan suhu 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel. c. Thermodurik, dimana dibutuhkan suhu lebih dari 60oC selama 10-20 menit tapi kurang dari 100oC selama 10 menit untuk mematikan sel.
Psikrofil adalah kelompok mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0-30o C dengan suhu optimum sekitar 15oC. Mesofil adalah kelompok mikroba pada umumnya, mempunyai suhu minimum 15oC suhu optimum 25-37oC dan suhu maksimum 45-55oC. Mikroba yang tahan hidup pada suhu tinggi dikelompokkan dalam mikroba termofil. Mikroba ini mempunyai membran sel yang mengandung lipida jenuh, sehingga titik didihnya tinggi.  Selain itu dapat memproduksi protein termasuk enzim yang tidak terdenaturasi pada suhu tinggi.  Di dalam DNA-nya mengandung guanin dan sitosin dalam jumlah yang relatif besar, sehingga molekul DNA tetap stabil pada suhu tinggi.  Kelompok ini mempunyai suhu minimum 40o C, optimum pada suhu 55-60o C dan suhu maksimum untuk pertumbuhannya 75oC.  Untuk mikroba yang tidak tumbuh dibawah suhu 30oC dan mempunyai suhu pertumbuhan optimum pada 60oC, dikelompokkan ke dalam mikroba termofil obligat.  Untuk mikroba termofil yang dapat tumbuh dibawah suhu 30oC, dimasukkan kelompok mikroba termofil fakultatif. Bakteri yang hidup di dalam tanah dan air, umumnya bersifat mesofil, tetapi ada juga yang dapat hidup diatas 50oC (termotoleran).  Contoh bakteri termotoleran adalah Methylococcus capsulatus.  Contoh bakteri termofil adalah Bacillus, Clostridium, Sulfolobus, dan bakteri pereduksi sulfat/sulfur.  Bakteri yang hidup di laut (fototrof) dan bakteri besi (Gallionella) termasuk bakteri psikrofil.
4.        Kelembaban Air
Kelembaban sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan merupakan nilai perbandingan antar tekanan uap air larutan dengan tekanan uap air murni, atau 1 / 100 dari kelembaban relatif. Nilai kadar air bebas didalam larutan untuk bakteri pada umumnya terletak diantara 0,90 sampai 0,999 sedang untuk bakteri halofilik mendekati 0,75.
Banyak mikroorganisme yang tahan hidup didalam keadaan kering untuk waktu yang lama seperti dalam bentuk spora, konidia, arthrospora, kamidiospora dan kista. Seperti halnya dalam pembekuaan, proses pengeringan protoplasma, menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti. Pengeringan secara perlahan menyebabkan kerusakan sel akibat pengaruh tekanan osmosa dan pengaruh lainnya dengan naiknya kadar zat terlarut.
5.   Keasaman atau Kebasaan (pH)
Setiap organisme memiliki kisaran pH masing-masing dan memiliki pH optimum yang berbeda-beda. Faktor kimia yaitu pH, setiap jenis bakteri mempunyai pH lingkungan yang optimal (Neutrofil 6.0-8.0), minimal (Asidofil 2.0-5.0), dan maksimal (Alkalofil, 8.4-9.5) dalam kegiatan fisiologisnya. Kegiatan fisiologis bakteri berguna dalam mempertahankan kelangsungan hidup dan melakukan proses biokimia yang berkelanjutan. Dimana proses ini dikatalisi oleh enzim-enzim. Kemudian adanya zat kimia, dapat berupa desinfektan dan antiseptik, seperti garam-garam logam, fenol, formaldehid, alkohol, yodium, zat-zat warna, detergen/sabun, dan antibiotik.
6.   Ketersediaan Oksigen
Mikroorganisme memiliki karakteristik sendiri-sendiri di dalam kebutuhannya akan oksigen. Mikroorganisme dalam hal ini digolongkan menjadi :
a.       Aerobik : hanya dapat tumbuh apabila ada oksigen bebas.
b.      Anaerob : hanya dapat tumbuh apabila tidak ada oksigen bebas.
c.       Anaerob fakultatif : dapat tumbuh baik dengan atau tanpa oksigen bebas.
d.      Mikroaerofilik : dapat tumbuh apabila ada oksigen dalam jumlah kecil.
7.  Tekanan osmosis
Suatu tekanan osmose akan sangat mempengaruhi bakteri jika tekanan osmose lingkungan lebih besar (hipertonis) sel akan mengalami plasmolisis.  Sebaliknya tekanan osmose lingkungan yang hipotonis akan menyebabkan sel membengkak dan juga dapat mengakibatkan rusaknya sel.  Olah karena itu dalam mempertahankan hidupnya, sel bakteri harus berada pada tingkat tekanan osmose yang sesuai, walaupun sel bakteri memiliki daya adaptasi, perbedaan tekanan osmose dengan lingkugannya tidak boleh terlalu besar.
8.      Faktor kimia
Mengubah permeabilitas membran sitoplasma sehingga lalu lintas zat-zat yang keluar masuk sel mikroorganisme menjadi kacau. Oksidasi, beberapa oksidator kuat dapat mengoksidasi unsur sel tertentu sehingga fungsi unsur terganggu. Misal, mengoksidasi suatu enzim. Terjadinya ikatan kimia, ion-ion logam tertentu dapat megikatkan diri pada beberapa enzim. Sehigga fungsi enzim terganngu. Memblokir beberapa reaksi kimia,misal preparat zulfat memblokir sintesa folic acid di dalam sel mikroorganisme. Hidrolisa, asam atau basa kuat dapat menghidrolisakan struktur sel hingga hancur. Mengubah sifat koloidal protoplasma sehingga menggumpal dan selnya mati.
Faktor zat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan:
v  Logam-logam berat                            
v  Klor dan senyawa klor
v  Fenol dan senyawa-senyawa sejenis
v  Zulfonomida
v  Alkohol
v  Detergen
v  Aldehit  
v  Zat pewarna
v  Yodium
v  Peroksida

9.  Pengaruh mikroorganisme di sekitarnya
Kehidupan organisme di alam tidak dapat dipisahkan dari adanya organisme lain. Seperti halnya manusia tidak dapat hidup bila tidak ada tumbuhan atau hewan. Organisme-organisme di alam ini berada dalam suatu keseimbangan yang disebut keseimbangan biologis. Kehidupan bakteri tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan, akan tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Bakteri dapat mengubah pH dari medium tempat ia hidup, perubahan ini disebut perubahan secara kimia. Adapun faktor-faktor lingkungan dapat dibagi atas faktor-faktor biotik dan faktor-faktor abiotik. Di mana, faktor-faktor biotik terdiri atas makhluk-makhluk hidup, yaitu mencakup adanya asosiasi atau kehidupan bersama antara mikroorganisme, dapat dalam bentuk simbiose, sinergisme, antibiose dan sintropisme. Sedangkan faktor-faktor abiotik terdiri atas faktor fisika (misal: suhu, atmosfer gas, pH, tekanan osmotik, kelembaban, sinar gelombang dan pengeringan) serta faktor kimia (misal: adanya senyawa toksik atau senyawa kimia lainnya (Hadioetomo, 1993).
Eschericia coli
Bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya atau yang disebut pula dengan generasi dalam waktu 15 hingga 20 menit saja. dalam waktu tersebut bakteri ini mampu menggandakan tubuhnya menjadi dua kali lipat. Dalam bagan geometrik eksponensiall, tercatat dalam waktu 10 jam saja satu sel bakteri ini bisa menggandakan tubuhnya dan berkembang menjadi lebih dari 1 triliun sel. Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169).
Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara 80C-460C, tetapi suhu optimumnya adalah 370C. Oleh karena itu, bakteri tersebut dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978:82). 

Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan Bacteri endemik (Dalam epidemiologi , suatu infeksi dikatakan endemik dalam populasi ketika infeksi dipertahankan dalam populasi tanpa input dari luar) , bakteri terestial, Gram-positif , berbentuk batang , beta hemolitik bakteri, bersifat aerobik, dan mampu membentuk spora yang dapat ditemukan di tanah, pada sayuran maupun produk pangan (Tay, et al., 1982). Bacillus sp termasuk kedalam family Bacillaceae. Spora dari jenis bakteri ini tahan terhadap panas dan kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan dan mampu membentuk kecambah dalam larutan yang mengandung NaOH dan HCL (Vecci dan Drago, 2006). Bakteri Bacillus cereus memiliki nilai waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan sebesar 18 menit dan 2,27 jam (Dwipayana dan Ariesyady, 2009)
Apabila Memasak di suhu kurang dari atau sama dengan 100 ° C (212 ° F)memungkinkan beberapa B. spora cereus untuk bertahan hidup.  Masalah ini diperparah ketika makanan itu tidak benar didinginkan , yang memungkinkan endospores untuk berkecambah.  makanan dimasak tidak dimaksudkan untuk dipakai sendiri atau pendinginan yang cepat dan pendinginan harus disimpan pada suhu di atas60 ° C (140 ° F).  Perkecambahan dan pertumbuhan umumnya terjadi antara 10-50 ° C (50-122 ° F).
III.             METODE
Bahan
Ø  Biakkan Eschericia coli dan Bacillus cereus
Ø  Medium NA
Ø  Akuades
Ø  NaCl 0,85%
Alat
Ø  Tabung Reaksi
Ø  Penangas Air
Ø  Petridish
Ø  Pipet steril


Prosedur kerja

IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil
Mikroba
Waktu
Pemanasan
Jumlah Mikroba
Suhu 50C
Suhu 70C
24 Jam
48 Jam
24 Jam
48 Jam
10⁻⁴
10⁻⁵
10⁻⁴
10⁻⁵
10⁻⁴
10⁻⁵
10⁻⁴
10⁻⁵
E.coli
0 menit
25
2
188
10
25
2
188
10
10 menit
17
0
21
0
286
137
672
340
20 menit
65
8
94
23
1092
820
1348
1208
30 menit
184
3
204
7
188
335
168
286
B.cereus
0 menit
672
544
748
580
672
544
748
580
10 menit
62
1
72
3
1692
1514
1860
1848
20 menit
357
41
391
51
392
252
472
364
30 menit
710
178
1780
183
1036
267
967
2700

Gambar 1. Grafik pemanasan E.coli yang diinkubasi selama 24 jam



Gambar 2. Grafik pemanasan E.coli yang diinkubasi selama 48 jam

Gambar 3. Grafik pemanasan B.cereus yang diinkubasi selama 24 jam



Gambar 4. Grafik pemanasan B.cereus yang diinkubasi selama 48 jam

B.     Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan 16 tabung reaksi yang diisi dengan bakteri E.coli dan B.cereus. Masing-masing tabung mendapat perlakuan yang berbeda. 4 tabung yang berisi E.coli dipanaskan pada suhu 50oC dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit. 4 tabung yang juga berisi E.coli dipanaskan pada suhu 70oC dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit. Sedangkan 4 tabung yang berisi B.cereus dipanaskan pada suhu 50oC dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit. Dan 4 tabung yang juga berisi B.cereus dipanaskan pada suhu 70oC dengan lama pemanasan 0, 10, 20, dan 30 menit.
Pada umumnya semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri, resistensi terhadap pemanasan semakin tinggi. Dari hasil pengamatan di waktu 24 jam inkubasi, diperoleh data bahwa untuk E.coli pada pemanasan suhu 50oC mengalami kenaikan jumlahnya saat dipanaskan waktu 0, 20 dan 30 menit di pengenceran 10-4 yaitu 25,  65, 184 cfu/g dan sempat turun dari 25 cfu/g ke 17 cfu/g saat dipanaskan 10 menit. Untuk pengenceran 10-5 pertumbuhan mikroba tidak tetap, pemanasan 0-10 menit menurunkan jumlah mikroba dari 2 ke 0 cfu/g. dari pemanasan 10-20 menit teradi peningkatan tumbuh dari 0 ke 8 cfu/g. dan kemudian di pemanasan 30 menit turun lagi menjadi 3 cfu/g. Untuk E. coli dengan suhu pemanasan 70oC di waktu pemanasan 0, 10, 20 menit baik dengan pegenceran 10-4 dan 10-5 terjadi keseragaman peningkatan pertumbuhan yaitu berturut turut 25, 286, 1092 cfu/g , dan 2, 137, 820 cfu/g, sedangkan di pemanasan 30 menit sama sama terjadi penurunan di pengenceran 10-4 adalah 188 cfu/g, dan di pengenceran 10-5 adalah 335 cfu/g. Hal ini mungkin terjadi dikarenakan saat memasukkan koloni mikroba ke cawan petri terjadi kontaminasi dari luar, sehingga mikroba yang seharusnya semakin lama waktu pemanasannya semakin sedikit, justru terjadi ketidakstabilan pertumbuhan, sehingga ada yang menurun dan ada juga yang meningkat seiring lama waktu pemanasan.
Untuk inkubasi 24 jam terhadap bakteri B. cereus di suhu pemanasan 50o C untuk pengenceran 10-4 dan 10-5 di waktu 0 sampai 10 menit terjadi penurunan jumlah koloni yakni dari 672 ke 62 cfu/g, dan dari 544 ke 1 cfu/g. Sedangkan di pemanasan 20 sampai 30 menit teradi kenaikan pertumbuhan dari 357 ke 710 cfu/g, dan dari 41 ke 178 cfu/g. Untuk yang pemanasan di suhu 70o C di pengenceran 10-4 dan 10-5 dengan waktu 0 ke 10 justru mengalami peningkatan yaitu dari 672 ke 1692 cfu/g dan dari 544 ke 1514 cfu/g, lalu di waktu 20 ke 30 menit untuk pengenceran 10-4 mengalami kenaikan dari 392 ke 1036 cfu/g, sama halnya di pengnceran 10-5 kenaikan pun terjadi namun tidak signifikan yaitu 252 ke 267 cfu/g.
Selanjutnya adalah pengamatan kami di hari kedua, dengan inkubasi selama 48 jam, untuk E. coli di suhu 50o C untuk pengenceran 10-4 di waktu 0 menit terdapat 188 cfu/g, 20 menit terdapat 21 cfu/g mikroba, 30 menit terdapat 94 cfu/g mikroba, dan 30 menit pemanasan terdapat 204 cfu/g mikroba. Sedangkan, di pengenceran 10-5 dari 0 ke 10 menit terjadi penurunan tumbuh mikroba dari 10 ke 0 cfu/g, dan meningkat lagi di 20 menit sebanyak 23 cfu/g, lalu turun lagi di 30 menit yaitu 7 cfu/g. Di suhu 70o C dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 terjadi kenaikan pertumbuhan mulai 0, 10 sampai 20 menit, yaitu 188 ke 672 ke 1348 cfu/g, lalu dari 10 ke 340 ke 1208 cfu/g. namun di waktu pemanasan 30 menit sama sama terjadi penurunan tumbuh, untuk 10-4 sebanyak 168 cfu/g, dan untuk 10-5 adalah 286 cfu/g.
Untuk bakteri B. cereus inkubasi 48 jam. Di suhu 50o C Saat pengenceran 10-4 di waktu 0 menit terdapat 748 cfu/g, 20 menit terdapat 72 cfu/g mikroba, 30 menit terdapat 391 cfu/g mikroba, dan 30 menit pemanasan terdapat 1780 cfu/g mikroba. Sedangkan, di pengenceran 10-5 dari 0 ke 10 menit terjadi penurunan tumbuh mikroba dari 580 ke 3 cfu/g, dan meningkat lagi di 20 menit sebanyak 51 cfu/g, lalu turun lagi di 30 menit yaitu 183 cfu/g. Di suhu 70o C dengan pengenceran 10-4 dan 10-5 terjadi kenaikan pertumbuhan mulai 0 ke 20 menit, yaitu 748 ke 1860 cfu/g, lalu dari 580 ke 1848 cfu/g. namun di waktu pemanasan 20 menit sama sama terjadi penurunan tumbuh, untuk 10-4 sebanyak 472 cfu/g, dan untuk 10-5 adalah 364 cfu/g. dan di suhu 30 menit terjadi kenaikan pertumbhan lagi. Untuk yang pengenceran 10-4 sebanyak 967 cfu/g, sedangkan pengenceran 10-5 sebanyak 2700 cfu/g.
Berdasarkan gambar 1 dan gambar 2 kita bisa melihat dengan jelas bahwa E. coli tumbuh meningkat, ini memang sesuai pada pustaka bahwa Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan Chan, 2005:169). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu ekstrim sekalipun.
Sedangkan di gambar 3 dan gambar 4 kita bisa melihat bahwa bakteri B. cereus tidak stabil pertumbuhannya, B. cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35 – 40oC, sumber lain juga mengatakan bacillus adalah bakteri termotoleran, sehingga ia dapat bertahan hidup di suhu 50oC.
Untuk data dari praktikum ini adalah asli dari praktikan, grafik yang naik turun juga diduga adalah terjadinya kontaminasi saat praktikan memasukkan stater bakteri dari pengenceran menuju cawan petri.


V.                PENUTUP
A.      Kesimpulan
Dengan melihat hasil praktikum dan dari Gambar 1, gambar 2, gambar 3, dan gambar 4 dapat disimpulkan bahwa untuk E. coli semakin tinggi suhu pertumbuhan bakteri, maka resistensi terhadap pemanasan semakin tinggi, karena E. coli tahan terhadap suhu ekstrim, sedangkan untuk B. cereus tidak stabil pertumbuhannya, B. cereus memiliki suhu optimum pertumbuhan berkisar antara 35 – 40o C, sumber lain juga mengatakan bacillus adalah bakteri termotoleran, sehingga ia dapat bertahan hidup di suhu 50o C.

B.       Saran
1.      Seharusnya foto dikoordinir
2.      Alat yang sudah dipakai langsung dicuci sendiri sehingga tidak merepotkan orang yang ingin menggunakan
3.      Saat pengamatan seharusnya dihitung secara teliti agar data yang didapatkan valid.



DAFTAR PUSTAKA.
Buckle, K. A, 1985, Ilmu Pangan, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Drago I, Mombelli B, De Vecchi E, Fassina MC, Tocalli L, Gismondo MR. 2002. In vitro antimicrobial activity of propolis dry extract. J Chemotherapy.
Dwidjoseputro. 1978. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Dwipayana dan Ariesyady, H.D. 2009. Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventional Microbiological Technique. Environmental Enggineering Study Program. Bandung Hadioetomo, R.S., 1993, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium Mikrobiologi,    Gramedia, Jakarta
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, “Dasar-dasar Mikrobiologi 1”, Alih bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L., UI Press, Jakarta
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. Mc Graw Hill Book Company. New York.
Suharni, Theresia Tri dkk. 2008. Mikrobiologi Umum. Penerbit Universitas Atma Jaya.

No comments:

Post a Comment