Aku bukan kakak lagi sekarang, anggaplah aku tokoh
semu saja di postingan kali ini, coba kalian sekarang mulai berandai-andai
bersamaku, aku kini seorang mahasiswi Ilmu dan Teknologi Pangan (ITP) yang tak
jauh dari sorotan pangan dan mendalaminya, issu nya kali ini adalah
diversifikasi pangan, apa itu diversifikasi? Dalam jurnal ‘Diversifikasi
pangan dalam mencapai ketahanan pangan’.
“Diversifikasi
pangan seyogianya merupakan upaya alternatif yang ditempuh untuk meningkatkan
peranan komoditas pangan lain selain beras dalam mencapai kemandirian pangan,
yang pada akhirnya dapat menciptakan ketahanan pangan nasional”. Lastinawati
(2010).
ya, diversifikasi kini merupakan buah bibir di
Indonesia sendiri. Nah, tugas dari temen temen ITP itu mencari solusi dengan
ide baru dalam dunia pangan, lalu berusaha tidak makan beras itulah penyuluhan
yang selalu disampaikan baik dari kami sendiri, teman teman yang sudah KKN,
dosen-dosen pengajar. Tapi ketika melihat fakta? .... hm. Apa? Masih saja kita
mengkonsumsi beras. Aku,,,,,bahkan iya, malu memang sebenarnya. Tapi apa daya
itu tidak bisa dipungkiri. Ohya.. tau gak? Depok ‘katanya’ sudah mulai mencanangkan
program one day no rice setiap hari selasa, program nya pak walikota Depok itu
keren ya *takjub
lalu bagaimana dengan daerah kita sendiri? Haruskah kita hanya berandai-andai?
Menarik, selama bumi ini belum kiamat, maka makanan
akan selalu dibutuhkan, setuju kan?. Itu memang faktanya dan mudah saja dipikir
dalam logika kita, sudah pasti ilmuku sebagai seorang ITP digunakan. Belum lagi
globalisasi teknologi yang dapat merubah semua hal mustahil menjadi nyata. Di
negeri tetangga kita sudah ada makanan dari kotoran manusia, membayangkannya
saja sangat menjijikkan buatku, tapi itu teknologi maju kawan... aku juga tahu
pasti ada pro kontra dibalik produk itu, baik dari segi kehalalannya,
nutrisinya dan kesehatan makanan itu sendiri. Lalu apa pendapat kalian? Haruskah
kita menciptakan produk yang sama? Coba berandai-andai.....
Masih mengenai teknologi nih, masih bisa kan
berimajinasi bareng tokoh semu ini?. Okay... fakta, sebagai kaum hawa aku
sangat bersyukur, tentunya kalian juga kan? Wanita itu lebih mudah masuk surga(Aamiin),
yaa.. paling banyak juga di neraka (astaghfirullah). Yang penting kita taat
sama Allah SWT, orangtua, dan suami kita kelak. Terlepas dari hal itu banyak
banget godaan kita sebagai kaum hawa untuk menjaga dan memperbaiki diri,
termasuk menjaga penampilan kan? Hehe.. kawan, kosmetik wanita itu baaanyak
banget, bahkan aku aja gak kenal semua nya, ga paham juga penggunaannya.
Setelah searching searching ternyata
perawatan dari ujung kaki sampai ujung kepala itu ADA. WOW BANGET !! Ah, tapi bukan
itu yang aku fokusin disini, lagian orang yang merias diri berlebihan itu jelek
menurutku, aku lebih suka natural aja dan gak berlebihan pakai nya. Nah, dari
segi teknologi kan banyak tuh krim krim pembersih wajah, pemutih kulit,
penyamar noda daan...sebagainya, terus mitos mitos kaum hawa yang gak boleh
makan ini, makan itu katanya biar gak jerawatan, biar bersih dan embel embel
takhayul -__-.
Mungkin gak yaaa suatu saat nanti, semakin dewasanya
zaman akan ada ganda campuran(?) antara Teknologi Pangan dengan Pakar
Kecantikan yang bersatu menciptakan produk pembersih, pemutih pelembab kulit
dalam makanan yang bergizi dan enak dikonsumsi. @$^()$#=-#$#^$%&, mungkin
saja bukan? Mayones Cantik akan hadir.. dimana kamu memakan roti tawar kaya
karbohidrat yang mayones nya penuh vitamin D untuk kulit serta memberi efek
perawatan ditubuh terutama wajah. Hahaha.. bagaimana? Perlu berandai-andai kan?
Kali ini sedikit berbagi ilmu saja, beberapa minggu
yang lalu aku belajar dari seorang Dosen lulusan Jepang, begini..dalam
pembahasannya kita tahu bahan pangan itu harus diperpanjang umur simpannya ,
salah satunya dengan pengawetan. Metode pengawetan yang dibahas saat itu adalah
pengeringan tradisional atau menggunakan panas sinar matahari, kata beliau
bahan yang dikeringkan dibawah sinar matahari ternyata masih mengandung kadar
air 15-20%. Itu masih banyak banget looh guys. Dan gak mungkin kita mengawetkan
buah dibawah paparan sinar matahari itu, Vitaminnya bakal hilang, warnanya akan
berubah, falvor nya bisa jadi mati, kadar air yang masih tinggi juga malah bisa
menyebabkan mikroba gampang tumbuh. Lalu pernahkah temen temen disini berpikir
pada keseharian temen temen, yaaa... aku ambil contoh deh. pakaian kita yang
dijemur dibawah sinar matahari. Coba kalian hitung kadar air di pakaian kalian
berapaa? Terus ada mikroba atau enggak di jemuran itu? Kan otomatis hembusan
angin membawa partikel-partikel debu yang dahsyat (lebay).... bagaimana? Yuk..
mari berandai-andai.
Bicara soal protein, tempe pasti tahu kan? Yaa
makanan fermentasi kedelai itu memeng disinyalir punya banyak protein, protein
itu merupakan zat utama tubuh untuk membantu pertumbuhan kawan.. disini pernah
gak terusik saat mengkonsumsinya? Bagaimana sih cara buat tempe? Waduuhh... ini
sebenarnya issu lama loh. Untuk proses di awal tempe yang ingin di inokulasi
itu, tahap salah satunya pembersihan dan pengelupasan biji kedelai dan itu
menggunakan kaki, yap.. kaki. Mana ada yang tahu kan kaki pelaku pemroses
pembuat tempe itu steril atau enggak? Darimana aja dia jalan? Nahloh.... dari sebuah industri besar kemungkinan steril
saja dari 10 sample pasti ada 1 yang terkontaminasi. aku sih membayangkan pasti ada spora-spora bergentayangan disitu, ada
mikroorganisme hijrah kesitu. TEMPE tapi itu enak..... lalu bagaimana ya? Perlu
berandai-andai lagi..
Tokoh semu, Fika Puspita.
Ditemani secangkir teh buatan ibu, matahari
tenggelam...
Bekasi 6 Oktober 2014
No comments:
Post a Comment