LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS PANGAN
ACARA IV
LEMAK
KELOMPOK 3
Penanggung Jawab :
Fika Puspita (A1M012001)
KEMENTRIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Lemak dan minyak merupakan zat makanan yang penting
untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Selain itu minyak dan lemak juga
merupakan sumber energi yang lebih efektif dibanding dengan karbohidrat dan
protein. Satu minyak dan lemak dapat menghasilkan 9 kkal/gram sedangkan protein
dan karbohidrat hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Lemak dan minyak terdapat
hampir di semua bahan pangan dengan kandungan yang berbeda-beda. Minyak dan lemak tidak berbeda
dalam bentuk umum trigliseridanya, tetapi hanya berbeda
dalam bentuk (wujud). Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan titik lelehnya.
Pada suhu kamar lemak berwujud padat,
sedangkan minyak berwujud cair. Titik leleh minyak dan lemak tergantung
pada strukturnya, biasanya meningkat dengan bertambahnya jumlah karbon.
Lemak merupakan sekelompok besar
molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam
lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolemak, glikolemak,
terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain. Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak
hewani pada suhu ruang, lepas dari wujudnya yang padat maupun cair, yang
terdapat pada jaringan tubuh yang disebut adiposa.
Mengekstraksi lemak secara murni
sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi
pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholemak, asam lemak
bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan
harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan
terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang.
Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, petroleum eter dan lain-lain.
Dalam
praktikum ini praktikan akan belajar cara analisis lemak dengan metode sokhlet
dan analisis kandungan Asam Lemak bebas (FFA). Prinsip soxhlet ialah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Sedangkan asam lemak bebas (Free Fatty Acid / FFA) untuk mengetahui kualitas dari minyak atau
lemak, hal ini dikarenakan bilangan asam dapat dipergunakan untuk mengukur dan
mengetahui jumlah asam lemak bebas dalam suatu bahan atau sample. Semakin besar
angka asam maka dapat diartikan kandungan asam lemak bebas dalam sample semakin
tinggi, besarnya asam lemak bebas yang terkandung dalam sampel dapat
diakibatkan dari proses hidrolisis ataupun karena proses pengolahan yang kurang
baik.
Asam lemak bebas
diperoleh dari proses hidrolisa, yaitu penguraian lemak atau trigliserida oleh
molekul air yang menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas
terbentuk karena proses oksidasi dan hidrolisa enzim selama pengolahan dan
penyimpanan. Dalam bahan pangan, asam lemak dengan kadar lebih besar dari 0,2%
dari berat lemak akan mengakibatkan rasa yang tidak diinginkan dan
kadang-kadang dapat meracuni tubuh (Sudarmadji, 1989; Ketaren, 1986).
B. Tujuan
1.
Mengetahui
dan Memahami cara analisis lemak dengan Metode Soklet.
2.
Mengetahui
dan Memahami cara analisis kandungan Asam Lemak Bebas.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Lemak
Lemak merupakan senyawa organik
yang tidak larut dalam air, tetapi larut dalam zat pelarut organik non polar,
seperti aseton, alkohol, eter, benzena, kloroform dan sebagainya Lemak tersusun
atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang, atau membentuk
struktur siklis. Lemak esensial merupakan prekursor pembentukan hormon tertentu seperti
prostaglandin, lemak juga berperan sebagai penyusun membran yang sangat penting
untuk berbagai tugas metabolisme, lemak juga dapat melarutkan berbagai vitamin,
yaitu vitamin A, D, E dan K. (Setiadji, 2007).
Menurut
Buckle (1987), Lemak dalam tubuh mempunyai peranan yang penting, karena lemak cadangan
yang ada yang ada dalam tubuh dapat melindungi berbagai organ yang penting,
seperti ginjal, hati dan sebagainya, tidak saja sebagai isolator, tetapi juga
kerusakan fisik yang mungkin terjadi pada waktu kecelakaan. Lipid terdiri atas lemak dan minyak yang banyak dihasilkan hewan dan
tanaman. Lipid umumnya berupa trigliserida yang merupakan ester asam lemak dan
gliserol maupun gugus senyawa lain/komponen non lipid lain. Lipid memiliki sifat
kimia dan sifat fisik yang berbeda-beda, seperti:
Ø Sifat fisik lipid:
Pada suhu
kamar, lemak berwujud padat dan minyak berwujud cair, lemak padat berwarna
putih kekuningan, dapat membentuk kristal lemak, tidak larut dalam air, tetapi
larut dalam pelarut organik non polar seperti eter, alkohol, aseton,
khloroform, benzene, lemak besifat plastis, lipid jenuh (sedikit ikatan
rangkap) memiliki titik lebur tinggi, lipid tidak jenuh (banyak ikatan rangkap)
memiliki titik lebur rendah, dan dapat melarutkan beberapa jenis vitamin, yaitu
vitamin A, D, E, dan K.
Ø Sifat kimia lipid:
Lipid
tersusun atas rantai hidrokarbon panjang berantai lurus, bercabang, atau
berbentuk siklis, terdiri atas ester asam lemak dengan gliserol atau dengan
gugus senyawa lain, lemak banyak mengandung asam lemak jenuh (sedikit ikatan
rangkap), minyak banyak mengandung asam lemak tidak jenuh (banyak ikatan
rangkap), reaksi dengan alkali akan menghasilkan asam lemak dan gliserol,
sehingga mudah teroksidasi.
Analisis Lemak Dengan Metode
Sokhlet
Penetapan
kadar lemak dengan ektraksi menggunakan pelarut pada bahan merupakan analisa
kadar lemak kasar karena tidak hanya lemak saja yang ikut terekstraksi, tetapi
juga fosfolipid, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen larut lemak lainnya. Sebagai
zat gizi, lemak atau minyak semakin baik kualitasnya jika banyak mengandung
asam lemak tidak jenuh dan sebaliknya. Minyak atau lemak bersifat non polar
sehingga tidak larut dalam pelarut polar seperti air dan larutan asam, tetapi
larut dalam pelarut organik yang bersifat non polar seperti n-Hexane, Benzene,
Chloroform, petroleum eter . (Sudarmadji, et all 1996).
Pemilihan
bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lemak adalah dengan menentukan
derajat polaritasnya. Pada dasarnya semua bahan akan mudah larut dalam pelarut
yang sama polaritasnya. Karena polaritas lemak berbeda-beda maka tidak ada
bahan pelarut umum (universal) untuk semua jenis lemak.
Penentuan kadar lemak dengan pelarut organik, selain
lemak juga terikut Fosfolipida, Sterol, Asam lemak
bebas, Karotenoid, dan Pigmen yang
lain. Karena itu hasil analisanya disebut
Lemak kasar. Pada garis besarnya
analisa lemak kasar ada dua cara, yaitu
Cara Kering (Ekstraksi Panas) dan
Cara
Basah (Ekstraksi Dingin).
Pada cara kering adalah untuk bahan pakan yang tidak mengandung kadar air
yang tinggi dan contoh dibungkus atau ditempatkan
dalam "Thumble" (selongsong tempat contoh). Karena contoh tidak mengandung air yang tinggi
maka pelarut yang dipilih harus bersifat
tidak
menyerap air.
Apabila bahan contoh masih mengandung air yang tinggi, maka bahan pelarut akan sulit masuk ke dalam
jaringan/sel dan pelarut menjadi
jenuh dengan air, selanjutnya ekstraksi lemak kurang efisien. Selain itu adanya air akan menyebabkan
zat-zat yang larut dalam air akan ikut pula
terekstraksi
bersama lemak, sehingga hasil analisanya kurang mecerminkan yang sebenarnya. Ekstraksi lemak
dari bahan kering dapat dikerjakan secara
terputus-putus
atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus-putus dapat dijalankan dengan Alat SOXHLET atau
ASTM (America Society Testing Material). Sedangkan ekstraksi secara berkesinambungan dengan alat
GOLDFISH atau ASTM yang telah dimodifikasi.
Analisa lemak kasar secara basah (Ekstraksi dingin), digunakan alat
Botol BABCOCK atau dengan MOJONNIER.
Bahan
yang dianalisa berbentuk cair atau bahan yang mengandung kadar air yang tinggi.
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan
jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode soxhlet ini
dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi bahan) dan
larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu, sehingga
pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan meningkatkan
laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode ini ialah
pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk ekstraksi
senyawa yang tahan panas.
Menerut (Tejasari,
2005:114). Prinsip analisa lemak metode Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi
lemak dengan pelarut lemak yaitu petroleum ether. Pelarut yang digunakan untuk
mengekstraksi lemak harus memiliki derajat polaritas yang sama dengan lemak
yang akan dianalisis. Ekstraksi ini dapat dilakukan secara terputus-putus. Thimble
yang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam soxhlet. Soxhlet disambungkan
dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik serta kondensor. Alat
pendingin disambungkan dengan soxhlet. Air untuk pendingin dijalankan dan alat
ekstraksi lemak mulai dipanaskan. Pelarut yang memiliki titih didih lebih
rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu pelarut akan
jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi sekitar 4-6 jam,
ditunggu hingga pelarut turun kembali dan sisa/residu lemak akan dioven untuk
menguapkan sisa pelarut lalu ditimbang hingga dicapai berat konstan kemudian
dapat ditentukan persentase kadar lemaknya yaitu nisbah berat lemak terhadap
berat sampel dikali 100%.
Ekstraksi
dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi karena pada cara ini
digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan ekstrak. Dibandingkan
dengan cara maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang
lebih tinggi. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak
berbeda untuk kedua macam cara ekstraksi. (Whitaker 1915).
Menentukan Kadar Lemak dengan soxhlet menurut (Andarwulan dkk., 2011) yaitu Sebanyak
5 g sampel dibungkus dengan kertas saring, kemudian ditutup dengan
kapas wool yang bebas
lemak. Kertas saring yang berisi sampel tersebut dimasukkan dalam alat ektraksi
soxhlet, kemudian
dipasang alat kondensor ditasnya dan labu lemak di bawahnya. Pelarut
dituangkan ke dalam labu lemak
secukupnya sesuai dengan ukuran yang digunakan. Selanjutnya dilakukan
refluks minimum 5 jam
sampai pelarut yang turun kembali ke labu lemak berwarna jernih.
Pelarut yang ada di dalam labu lemak didestilasi dan ditampung. Kemudian
labu lemak yang berisi
hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C, untuk menguapkan sisa
pelarut yang mungkin
masih tertinggal. Selanjutnya didinginkan dalam desikator dan dilakukan
penimbangan hingga diperoleh
bobot tetap. Dari
hasil penimbangan tersebut presentase
lemak
dalam sampel dapat dihitung :
Dengan
:
Wc
= Berat labu + lemak setelah ekstraksi (g)
W0
= Berat labu awal (g)
W2 = Berat sampel (g)
Gambar
Peralatan Soxhlet (Arlene, 2013)
(Gambar 1)
Keterangan: (1) Air pendingin masuk
kondensor; (2) Air pendingin keluar kondensor; (3) Tudung berisi sampel sumber
minyak; (4) Saluran uap naik; (5) Pipa kapiler; (6) Heating mantle; (7)
Pengatur panas; (8) Lampu indikator; (9) Kabel listrik
Analisis Kandungan Asam Lemak Bebas (FFA)
Asam lemak bebas
adalah asam lemak yang berada sebagai asam bebas tidak terikat sebagai
trigliserida. Asam lemak bebas dihasilkan oleh proses hidrolisis dan oksidasi
biasanya bergabung dengan lemak netral. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit
adalah gliserol dan Asam Lemak Bebas (ALB). Reaksi ini akan dipercepat dengan
adanya faktor-faktor panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama
reaksi ini berlangsung, maka semakin banyak kadar ALB yang terbentuk.
Penentuan tingkat kemurnian minyak sangat berhubungan erat dengan
kekuatan daya simpannya, sifat gorengnya, bau maupun rasanya. Tolak ukur
kualitasnya ini termasuk angka asam lemak bebas (Free Fatty Acid atau FFA),
bilangan peroksida, tingkat ketengikan, dan kadar air. Penentuan kadar lemak
dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipid, sterol, asam lemak bebas,
karotenoid dan pigmen yang lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak
kasar (crude fat). (Whitaker, M.C.
1915).
Bedasarkan
tingkat kejenuhan, asam lemak dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yakni asam lemak jenuh, asam lemak tak jenuh tunggal,
dan asam lemak tak jenuh ganda. Asam lemak dalam minyak
kelapa sebagan besar (92%) merupakan minyak jenuh.
Dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, minyak kelapa
memiliki kandungan asam lemak jenuh yang paling tinggi. Tingginya asam lemak jenuh yang dikandungnya menyebabkan minyak kelapa tahan terhadap
ketengikan akibat oksidasi. Oksidasi menyebabkan pembentukan
radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh. (Sukartin,2005).
Randemen minyak dipengaruhi
oleh tekanan pengepresan dan lama pemansan (penyangraian) bahan kandungan asam
lemak bebas minyak dipengaruhi oleh lama pemanasan bahan. Rata-rata kandungan
asam lemak bebas dari perlakuan pengepresan dan pemanasan adalah 0,05%
dibanding dengan Standar Kualitas Balai Penelitian kimia Bogor. Bilangan
perosida yang terkecil diperoleh dari tekanan pengepresan.
Penentuan kadar asam lemak bebas (FFA) minyak goreng curah menurut (Panagan, 2010) dilakukan dengan
cara : sample ditimbang sebanyak
5 gram lalu dimasukkan dalam Erlenmeyer
100
mL lalu ditambahkan 25 mL alkohol 96%.
Kemudian
dipanaskan sampai mendidih dan dikocok
kuat-kuat
untuk melarutkan asam lemak bebasnya.
Setelah
dingin dititrasi dengan larutan KOH 0,1 N
dengan
menggunakan indicator phenilptalin. Akhir
titrasi
tercapai apabila terbentuk warna merah muda.
III.
METODE
A. Alat
dan Bahan
Alat
Ø Erlenmeyer
Ø Desikator
Ø Kertas saring
Ø Sokhlet
Ø Timbangan
Ø Oven
Ø Pipet ukur
Bahan
Ø Tahu
Ø Danging sapi
Ø Daging ayam
Ø Minyak jelantah
Ø Minyak kelapa sawit
Ø Tempe
Ø Petroleum benzene
Ø Etanol
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
A. Penentuan
Kadar Lemak
No.
|
Bahan
|
Massa Bahan
sebelum di oven
|
Massa Bahan
setelah di oven
|
Massa
Erlenmeyer Kosong
|
Massa Erlenmeyer
+ Lemak
|
1
|
Tahu
|
2 gram
|
0,9554 gram
|
116,0315
gram
|
116,1127
gram
|
2
|
Daging sapi
|
2 gram
|
1,2055 gram
|
116,5561 gram
|
116,6025 gram
|
3
|
Daging Ayam
|
2 gram
|
0,8438 gram
|
113,2036
gram
|
113,2973
gram
|
4
|
Minyak Jelantah
|
2 gram
|
0,8993 gram
|
114,5255 gram
|
114,5937 gram
|
5
|
Minyak
kelapa sawit
|
2 gram
|
-
|
114,0 gram
|
114,1075
gram
|
6
|
Tempe
|
2 gram
|
-
|
114,74 gram
|
114,8370 gram
|
Rumus Perhitungan Kadar Lemak
Kadar Lemak
(%) = x 100%
1.
Tahu = x 100%
= x 100%
= 4,06 %
2.
Daging
Sapi = x 100%
= x 100%
= 2,32 %
3.
Daging
Ayam = x 100%
= x 100%
= 4,685 %
4.
Minyak
Jelantah = x 100%
= x 100%
= 0,91 %
5.
Minyak
Kelapa sawit = x 100%
= x 100%
= 5,375 %
6.
Tempe = x 100%
= x 100%
= 4,85 %
B. Penentuan
Asam Lemak Bebas
No.
|
Bahan
|
Jumlah (ml)
NaOH 0,1 N
|
1
|
Tahu
|
0,45
|
2
|
Daging sapi
|
0,4
|
3
|
Daging ayam
|
0,6
|
4
|
Minyak jelantah
|
0,2
|
5
|
Minyak
kelapa sawit
|
0,1
|
6
|
Tempe
|
2,9
|
Perhitungan Asam Lemak Bebas (FFA)
% FFA = x 100%
1.
Tahu = x 100%
= x 100%
= 0,0045 %
2.
Daging
Sapi = x 100%
= x 100%
= 0,004 %
3.
Daging
Ayam = x 100%
= x 100%
= 0,006 %
4.
Minyak
Jelantah = x 100%
= x 100%
= 0,0018 %
5.
Minyak
Kelapa sawit = x 100%
= x 100%
= 0,0009 %
6.
Tempe = x 100%
= x 100%
= 0,0292 %
Pembahasan
1.
Ekstraksi lemak dengan metode soxhlet
Langkah
pertama yang dilakukan untuk ekstraksi ini adalah dengan mengoven Erlenmeyer.
Pengovenan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air kertas saring sehingga
tidak mengganggu ketepatan analisis. Lalu dimasukkan ke dalam desikator selama 15
menit. Fungsi penggunaan desikator adalah untuk menyeimbangkan kelembapan
relatif kertas saring terhadap lingkungan sehingga kertas saring tidak bersifat
higroskopis (mudah menarik air dari lingkungan) dan tidak dapat mengganggu
ketepatan analisis saat ditimbang. Hal ini perlu dilakukan karena bahan yang
baru saja dioven, pori-porinya akan membesar/bersifat porous sehingga akan
bersifat higroskopis (mudah menarik uap air dari lingkungan) dan akan dapat
mempengaruhi berat saat penimbangan. Akibatnya, data yang diperoleh tidak
akurat. Setelah itu kertas saring ditimbang dan dinyatakan sebagai kertas
saring kering setelah dioven.
Langkah
selanjutnya adalah menimbang bahan berupa daging ayam sebanyak 2 gram dan
dihaluskan. Proses penghalusan bahan akan menyebabkan proses ekstraksi menjadi
semakin mudah dan dapat berlangsung optimal. Setelah itu bahan dibungkus kertas
saring kemudian dioven pada suhu selama 2 jam. Dan dimasukkan ke dalam desikator
15 menit. Kemudian bahan dimasukkan dalam tabung ekstraksi soxhlet. Dituangkan 25
ml pelarut petroleum benzene, yang berfungsi untuk mengekstraksi (melarutkan)
lemak pada bahan karena lemak hanya dapat larut pada pelarut organik non polar.
Setelah itu dilakukan proses ekstraksi lemak bahan selama 4 jam. Pelarut yang
memiliki titih didih lebih rendah akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati
kondensor lalu pelarut akan jatuh membasahi bahan dan lemak bahan akan
terekstraksi. Setelah itu lemak dioven dan dimasukkan ke desikator lalu
ditimbang beratnya.
Dengan menggunakan rumus :
Kadar
Lemak (%) = x 100%
Berdasarkan
hasil perhitungan, diketahui bahwa kadar lemak yang dihitung menggunakan metode
soxhlet menghasilkan presentase yang berbeda beda, dengan hasil yang terbesar
adalah kadar lemak minyak kelapa sawit yaitu 5,375% dan presentase kadar lemak
terendah adalah bahan minyak jelantah yaitu 0,91%.
Massa
bahan sebelum di oven adalah sama yaitu 2 gram, namun bahan setelah di oven
memiliki massa yang berbeda beda, Tahu 0,9554 gram, Daging Sapi 1,2055 gram,
Daging Ayam 0,8438 gram, Minyak Jelantah 0,8993 gram. Untuk Minyak Kelapa Sawit
dan Tempe tidak ada hasil timbangan di oven, ini mungkin adalah kesalahan
praktikan yang lupa menimbang sampel setelah di oven.
Selain
itu faktor yang menyebabkan perbedaan terjadi adalah Erlenmeyer. Ternyata massa
Erlenmeyer tiap kelompok untuk tempat bahan juga berbeda beda, Tahu 116,0315
gram, Daging Sapi 116,5561 gram, Daging Ayam 113,2036 gram, Minyak Jelantah
114,5255 gram, Minyak Kelapa Sawit 114 gram, dan Tempe 114,74. Masaa Erlenmeyer
ini bisa terjadi dimungkinkan karena kurangnya ketelitian dalam penimbangan
atau faktor Erlenmeyer itu sendiri.
2. Analisis Asam Lemak Bebas
(FFA)
Bahan daging
ayam yang dipergunakan pada saat praktikum dihomogenkan terlebih dahulu, dengan
pengecilan ukuran, maka asam lemak yang terkandung dalam bahan akan lebih
banyak keluar daripada sample dalam keadaan padat, kemudian ditimbang sebanyak
2,8 ± 0,2 gram. Setelah proses penimbangan selesai, proses selanjutnya adalah
penambahan pelarut sebanyak 5 ml. Pelarut yang dipergunakan dalam praktikum
penentuan kadar asam lemak bebas adalah alkohol, alkohol yang dipergunakan
harus dalam kondisi panas dan netral. Dalam
kondisi yang panas alkohol akan lebih baik dan cepat melarutkan sampel yang
juga nonpolar dan kondisi netral dilakukan agar data akhir yang diperoleh
benar-benar tepat. Jika kondisi alkohol yang dipergunakan tidak netral, maka
hasil titrasi asam-basa menjadi tidak sesuai atau salah. Dalam memanaskan alkohol, dilakukan dengan menggunakan penangas
air, hal ini dilakukan karena titik didih alkohol lebih rendah daripada air. Kemudian ditambah juga dengan Indikator Phenolphtaelin
(PP) untuk selanjutnya di titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH. Selanjutnya dilakukan penghitungan
kadar asam lemak bebas (FFA) (free fatty
acid) dengan rumus sebagai berikut.
% FFA = x 100%
Selama penetuan kadar
asam lemak bebas, diperlukan adanya ketelitian agar tidak terjadi kesalahan
dalam menentukan titik akhir titrasi yang dapat menyebabkan volume NaOH yang
dipakai selama titrasi (titik akhir titrasi) yang sebenarnya terlewat.
Berdasarkan perhitungan untuk presentase FFA didapatkan hasil yang
terbesar bahan yang mengandung asam lemak bebas adalah Tempe yaitu 0,0292%
sedangkan asam lemak bebas terkecil adalah pada bahan minyak kelapa sawit yaitu
0,0009%.
Hasil dari presentase FFA yang terbesar hingga yang terkecil ternyata dipengaruhi
oleh jumlah NaOH 0,1 N yang digunakan praktikan pada saat praktikum, dimana
jumlah NaOH yang ditambahkan untuk menghasilkan warna pink pada minyak kelapa
sawit hanya 0,1 ml, sedangkan pada tempe perlu jumlah yang banyak yaitu
mencapai 2,9 ml NaOH.
Semakin tinggi
konsentrasi asam lemak bebas berarti semakin banyak mikroba yang melakukan
fermentasi. Oleh karena itu, kualitas
tempe semakin lama akan semakin memburuk. Bau atau flavor dalam
minyak terdapat secara alami, juga terjadi akibat adanya asam-asam lemak
berantai pendek akibat kerusakan minyak.
Oksidasi
adalah faktor yang amat penting sebab dapat menghasilkan senyawa-senyawa yang
menyumbangkan terjadinya off-flavor dan kondisi ini lazim disebut tengik
(rancid). Produk pangan olahan yang tengik dapat mengalami perubahan warna dan
kehilangan nilai zat gizi karena oksidasi vitamin dan asam lemak tak jenuh.
Selanjutnya mutu produk akan menurun dan hasil oksidasi lipida seperti
peroksida, aldehid dan keton dapat membahayakan kesehatan manusia.
V.
PENUTUP
A. Simpulan
Prinsip analisa lemak metode
Soxhlet modifikasi adalah ekstraksi lemak dengan pelarut lemak (petroleum benzene). Pelarut akan diuapkan dan dikondensasi saat melewati kondensor lalu
pelarut membasahi bahan dan lemak bahan akan terekstraksi hingga pelarut turun
kembali dan sisa lemak akan dioven lalu ditimbang serta ditentukan persentase
kadar lemaknya.
Prinsip
analisa penentuan asam lemak bebas adalah bahan ditambahkan pelarut alkohol
netral. Kemudian ditambah juga dengan Indikator Phenolphtaelin
(PP) untuk selanjutnya di titrasi dengan larutan 0,1 N NaOH. Selanjutnya dilakukan penghitungan
kadar asam lemak bebas (FFA) free fatty acid.
B. Saran
Ø Sebaiknya banyaknya soal kuis disesuaikan dengan waktu
nya juga, jangan terlalu singkat untuk menjawab soal yang banyak.
Ø Agar
didapatkan kadar asam lemak bebas yang valid, sebaiknya titrasi dilakukan
dengan teliti agar titik akhir titrasi tidak terlewatkan.
Ø Lebih baik foto praktikum dikoordinir. Agar tidak sulit
saat deadline laporan mencari fotonya.
Ø Jangan terlalu buru buru menjelaskan diktat kepada
praktikan, sehingga menyebabkan kesalahpahaman.
Ø Setelah memakai alat sebaiknya langsung dicuci,
sehingga tidak menyulitkan oranglain yang masih membutuhkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andarwulan, N.,
F.Kusnandar & D. Herawati. 2011. Analisis Pangan. Dian Rakyat, Jakarta.
Arlene, A. 2013. Ekstraksi
Kemiri Dengan Metode Soxhlet Dan Karakterisasi Minyak Kemiri. Jurnal
Teknik Kimia USU, Vol. 2, No. 2
Buckle, K.A. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia
(UI-Press)
Panagan, Almunady.T. 2010. Pengaruh
Penambahan Bubuk Bawang Merah (allium ascalonicum)
Terhadap Bilangan Peroksida dan Kadar Asam Lemak Bebas
Minyak Goreng Curah. Jurnal
Penelitian Sains Edisi Khusus Juni 2010 (C) 10:06-05
Setiadji. 2007. Kimia Oraganik. Jember : FTP UNEJ.
Sukartin, J. Kuncoro dan Maloedyn S.
2005. Gempur Penyakit dengan
VCO.Agromedia Pustaka: Jakarta
Sudarmadji,
Slamet. et all. 1996. Prosedur Analisis
Bahan Makanan dan Pertanian.Yogyakarta: Penerbit Liberty.
Tejasari. 2005. Nilai Gizi Pangan. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Whitaker, M.C. 1915. The Journal of Industrial and Engineering
Chemistry.
Easton: Eschenbach Printing Company.
Assalamualaikum maaf saya mau menanyakan apa bisa ya ada analisa yang bisa memisahkan antara minyak nabati(palm) dengan minyak hewani dalam satu sample yang sudah tercampur??
ReplyDelete