TUGAS MAKALAH
SATUAN OPERASI INDUSTRI
EKSTRUSI
Disusun Oleh :
Annisa Rizky Kurnia (A1M009003)
Fika Puspita (A1M012005)
Fitri Wulandari (A1M012003)
Tiffany Gumilang W (A1M012005)
Riri Maisevela (A1M012007)
Lilik Shofwatunnisa (A1M012009)
Viara Rizky (A1M012011)
KEMENTERIAN
PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS
JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS
PERTANIAN
JURUSAN
TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM
STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu dan
teknologi pada bidang pengolahan makanan , maka akan tersedianya produk makanan
yang mudah disajikan, aman, bergizi, memiliki karakteristik organoleptik yang
menarik serta terjangkau, maka teknologi ekstrusi semakin berkembang dan
diminati oleh kalangan pengolahan makanan. Teknologi ekstrusi bukanlah
teknologi yang baru tetapi telah lama ditemukan dan terus berkembang hingga
saat ini. Pada awalnya prinsip ekstrusi ini banyak digunakan untuk
keperluan-keperluan yang berkaitan dengan industri logam, polimer, plastik dan
produk makanan pasta, namun karena prinsipnya yang sama, maka dapat pula
diterapkan pada proses pengolahan produk-produk makanan secara luas.
Berkembangnya teknologi ekstrusi pada bidang
pengolahan produk makanan juga ternyata dikarenakan banyaknya
keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan teknologi ini.
Teknologi ekstrusi memungkinkan kita untuk melakukan serangkaian proses
pengolahan seperti mencampur, menggiling, memasak, mendinginkan, mengeringkan
dan mencetak dalam satu rangkaian proses saja. Belum lagi produk makanan yang
dihasilkan oleh teknologi ini sangat beragam.
Mesin ekstrusi atau biasa disebut ekstruder
merupakan alat yang cukup sederhana namun memiliki keunikan tersendiri. Prinsip
dasar kerja alat ini ialah memasukkan bahan-bahan mentah yang akan diolah
kemudian didorong keluar melalui suatu lubang cetakan (die) dalam bentuk
yang diinginkan. Bila kita dahulu mengenal alat ekstrusi sistem ulir yang
disebut ekstruder berulir tunggal (Single Screw Extruder/SSE) maka
akhir-akhir ini telah dikembangkan ekstruder dengan ulir ganda (Twin Screw
Extruder/TSE) yang memiliki banyak keunggulan dibandingkan dengan
pendahulunya.
Saat ini, banyak sekali jenis produk makanan
yang diolah dengan teknologi ekstrusi, contohnya produk-produk pasta dan
sejenisnya, sereal siap makan, snack, makanan hewan, produk kembang
gula, pati yang dimodifikasi untuk produksi sup, makanan bayi, makanan instan,
minuman ringan dan TVP (Texturized Vegetable Protein). Luasnya aplikasi
teknologi ekstrusi ini menantang kita untuk lebih memahami prinsip kerja dan
cara penggunaannya. Masyarakat luas kini semakin membutuhkan produk-produk
makanan yang bergizi tinggi dan terjangkau. Produk ekstrusi memungkinkan kita
untuk memproduksi suatu produk makanan dengan jumlah besar, terjangkau dan
cukup mudah untuk melakukan pengolahan lebih. Ekstruder terkenal dengan
prosesnya yang mampu meminimalkan kerusakan pada zat-zat gizi termasuk menjaga
kualitas protein bahan (Ang et.al., 1984).
Selain
dari makanan utama, gizi juga dapat diperoleh dari makanan penunjang atau
makanan-makanan ringan yang bersifat selingan. Kebanyakan makanan-makanan
ringan yang tersedia saat ini ialah makanan sintetik dengan berbagai kandungan
bahan kimia yang kadang-kadang membahayakan karena digunakan secara tidak
bijaksana dan semata-mata hanya mengejar keuntungan. Mutu produk ekstrusi dipengaruhi oleh variable bebas
dan variable tidak bebas di dalam suatu proses ekstrusi. Variable bebas
merupakan parameter yang secara langsung dapat dikontrol oleh operator mesin
ekstrusi, sedangkan variable tidak bebas merupakan parameter yang dapat berubah
mengikuti perubahan variable bebas.
Formula bahan baku, kadar air bahan baku, kecepatan
masuk bahan, kecepatan ulir ekstruder, suhu barrel dan konfigurasi ekstruder
merupakan contoh dari variable bebas. Energy mekanik, kadar air produk, suhu
pada saat proses, waktu tunggu dan tekanan di dalam ekstruder merupakan contoh
dari variable tidak bebas.
B. Tujuan
1.
Mahasiswa
mampu menjelaskan teknologi proses ekstrusi pada bahan pangan.
2.
Mahasiswa
dapat mengetahui alat yang digunakan untuk pengolahan ekstrusi
3.
Mahasiswa
dapat menjelaskan prinsip kerja ekstruder
4.
Mahasiswa
dapat menjelaskan keuntungan apa saja yang diperoleh dengan menggunakan
teknologi ekstrusi serta
aplikasinya pada produk pangan.
BAB II
PEMBAHASAN
Ekstrusi adalah suatu
proses dimana bahan dipaksakan oleh sistem ulir untuk mengalir dalam suatu
ruang yang sempit sehingga akan mengalami pencampuran dan pemasakan sekaligus . Teknologi ekstrusi merupakan
teknologi yang cukup tua. Pada tahun 1797 di Inggris, Joseph Bramah menciptakan
mesin untuk membuat pipa tanpa sambungan yang diperkirakan sebagai mesin
ekstrusi pertama. Tidak lama kemudian produk-produk lain seperti sabun, macaroni,
dan bahan-bahan bangunan diproses menggunakan mesin yang sama. Ekstruder adalah
alat untuk melakukan proses ekstrusi. Ekstruder dapat digunakan untuk
menunjukkan beberapa fungsi yang berbeda meliputi pencampuran, pembentukan, puffing,
dan pengeringan, bergantung pada model ekstruder dan kondisi proses. Pada mesin
ini untuk menggiling dan mencampur bahan digunakan piston yang dioperasikan
oleh tangan. Karena keterbatasan proses yang dilakukan ekstruder terdahulu maka
ekstruder yang menggunakan ulir (screw) diciptakan untuk kebutuhan
industri kabel. Konsep awal yang diketahui mengenai ekstruder ulir tunggal
ditemukan di tahun 1873 pada suatu gambar rancangan milik Phoenix Gummiwerke
A.G. Sementara ekstruder ulir ganda yang pertama dikembangkan pada tahun 1869
oleh Follows dan Bates di Inggris untuk keperluan industri sosis. Sejak saat
itu penggunaan ekstruder bagi pengolahan semakin meningkat (Janssen, 1978).
Ekstruder digunakan pada pengolahan bahan
makanan karena ekstruder mampu menghasilkan energi mekanis yang digunakan untuk
proses pemasakan bahan. Ekstruder mendorong bahan/adonan dengan cara memompanya
melalui sebuah lubang dengan bentuk tertentu. Ekstruder mampu melakukan proses
pencampuran dengan baik yang bertujuan agar bahan homogen dan terdispersi
dengan baik (Frame, 1994). Prinsip ekstrusi dalam pengolahan makanan yang
menggabungkan proses pendorongan bahan, pencampuran dan pembentukan bukanlah
hal yang baru.
Prinsip ekstrusi telah diterapkan dalam
industri makanan sejak tahun 1930an untuk pembuatan pasta. Pada tahun-tahun
berikutnya diterapkan pada industri kembang gula, industri roti dan kue,
terutama pada proses frosting kue. Pada tahun 1950, kemudian digunakan
juga untuk produksi sereal, campuran minyak biji-bijian untuk industri pakan.
Proses-proses pengolahan tersebut merupakan teknologi ekstrusi pada generasi
pertama. Pada tahun 1960an teknologi ini digunakan untuk mengubah ikatan silang
dan mengikat biopolimer untuk membuat protein nabati bertekstur. Terobosan ini
menyediakan pengetahuan dasar bagi ekstrusi HTST (High Temperature Short
Time) modern yang memungkinkan diciptakannya produk-produk baru pada
industri makanan.
(Yacu,
Wakeed A. 2007)
Prinsip penerapannya pada industri makanan
umumnya berdasarkan pada gelatinisasi pati, pembentukan kompleks lemak-pati,
denaturasi dan teksturisasi protein, pengikatan, reaksi kimia dan biokimia,
pengaruh tekanan/penggilingan dan pengembangan (Linko, et. al. dalam Jowitt,
1982). Dewasa ini ekstrusi telah berkembang penerapannya untuk beragam produk
yang perlu dimasak/dimatangkan. Salah satu kunci dalam beranekaragamnya hasil
produk ekstrusi terletak pada bagian die-nya, dimana dari sinilah bahan
akan didorong keluar. Fungsi die dalam pembuatan produksi pasta telah
meningkatkan keragaman penggunaannya dalam menghasilkan produk dengan berbagai
macam bentuk, kandungan air dan konsistensi (Holmes, 2007).
Proses ekstrusi lebih mudah diprediksi dan
memerlukan energi yang lebih sedikit dibandingkan proses pemasakan batch.
Pemasakan dengan ekstrusi mempunyai beberapa keuntungan meliputi keluaran
produk yang tinggi, efisiensi energi, kontrol suhu, dan mampu menyesuaikan
varietas bahan untuk menghasilkan produk akhir yang sesuai dengan keinginan
Pengembangan produk sereal dengan kualitas yang tinggi bergantung pada
formulasi dan proses ekstrusi. Umumnya bahan berupa tepung atau grits dapat
ditingkatkan kelembabannya dengan steam atau penambahan air. Proses
panas pada ekstrusi dihasilkan dari gesekan ulir sedangkan panas pada barrel
diperoleh dari steam. Dibawah suhu dan tekanan, produk sereal
menjadi mencair karena kenaikkan suhu dan berubah bentuk menjadi plastis di
dalam barrel (Hoseney, 1998).
Komposisi bahan baku yang akan diekstrusi
perlu diperhatikan. Kadar air memegang peranan penting terhadap pengembangan
dalam proses ekstrusi. Holay dan Harper (1982) mengatakan bahwa kadar air
sangat mempengaruhi derajat gelatinisasi dan air juga berfungsi sebagai reaktan
dalam reaksi kompleks dengan komponen lainnya. Hasil ekstrusi dengan kelembaban
tinggi mempunyai ukuran pori-pori lebih besar dan dinding sel lebih tebal. Bila
hasil ekstrusi terlalu lembab, produk yang diperoleh dapat mengembang cukup
besar setelah keluar dari cetakan tetapi menyusut sebelum dingin, memadat dan
menjadi produk dengan tekstur keras yang tidak disukai (Muchtadi et al., 1988).
Dalam hal mekanisme penggerakkan bahan dalam
ekstruder, terdapat perbedaan yang nyata antara ekstruder ulir tunggal dan
ganda. Pada ekstruder ulir tunggal daya untuk menggerakkan bahan berasal dari
pengaruh dua gesekan, yang pertama adalah gesekan yang diperoleh dari ulir dan
bahan sedangkan yang kedua adalah gesekan antara dinding barrel ekstruder
dan bahan. Ekstruder ulir tunggal membutuhkan dinding barrel ekstruder
untuk menghasilkan kemampuan menggerakkan yang baik, maka dari itulah dinding
selubung ekstruder pada ekstruder ulir tunggal memainkan peran penting dalam menentukan
rancangan ekstruder (Linko, et. al. dalam Jowitt, 1982). Ekstruder ulir ganda
terdapat dua ulir yang paralel ditempatkan dalam laras berbentuk angka delapan.
Jarak ulir yang diatur dengan rapat akan mengakibatkan bahan bergerak diantara
ulir dan laras.
Perbedaan Utama Antara Ekstruder Ulir Tunggal
dan Ulir Ganda
Perbedaan
|
Ekstruder
Ulir Tunggal
|
Ekstruder
Ulir Ganda
|
Mekanisme penggerakan bahan
|
Friksi antara logam dan
bahan makanan
|
Penggerakkan bahan ke
arah positif (die)
|
Penyedia energi utama
|
Panas gerakan ulir
|
Panas yang dipindahkan
pada barrel
|
Kapasitas (Throughput
kg/hour)
|
Tergantung pada
kandungan air, lemak dan
tekanan
|
Tidak tergantung apapun
|
Perkiraan energi yang
digunakan per kg produk
|
900 – 1500 kJ kg-1
|
400 – 600 kJ kg-1
|
Distribusi panas
|
Perbedaan temperaturnya
Besar
|
Perbedaan temperatur
Kecil
|
Biaya keseluruhan
|
Rendah
|
Tinggi
|
Kandungan air minimum
|
10%
|
8%
|
Kandungan air
maksimum
|
30%
|
95%
|
Sumber : van Zuilichem, et. al. dalam Jowitt
1982.
Secara umum, ulir pada ekstruder ulir ganda
dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu ulir intermeshing dan non-intermeshing.
Sistem konfigurasi non-intermeshing, sumbu kedua ulir tersebut terletak
cukup berjauhan sehingga putaran ulir yang satu tidak terlalu mempengaruhi
putaran ulir yang lain. Hal ini dapat dinyatakan bahwa konfigurasi non-intermeshing
dianggap sebagai dua ekstruder ulir tunggal dengan kapasitas yang lebih
besar. Sedangkan pada ulir tipe intermeshing, kedua sumbu ulir tersebut
cukup berdekatan sehingga flight dari ulir yang satu dapat masuk ke
dalam channel pada ulir yang lain, sedemikian rupa sehingga saling
terkait.
Sistem demikian ini memungkinkan self-cleaning
dan self-wiping (flight dari satu ulir menyapu dan
membersihkan bahan yang berada dalam channel ulir yang lain) maka
kapasitas transportasi ekstruder ulir ganda, khususnya dengan konfigurasi intermeshing
akan meningkat. Kapasitas transport yang baik ini dapat digunakan untuk
membawa bahan yang bersifat lengket, yang tentunya sangat sulit untuk ditangani
dengan ekstruder ulir tunggal . Pada ulir tipe ini bahan yang tergelincir dari
dinding barrel menjadi tidak mungkin karena ulir intermeshing yang
satu akan mencegah bahan pada ulir lain untuk berputar dengan bebas (Linko, et.
al. dalam Jowitt, 1982).
Selain dua kategori utama tersebut, terdapat
juga beberapa jenis konfigurasi ulir pada ekstruder ulir ganda berdasarkan arah
putarannya. Yang pertama ialah intermeshing/non-intermeshing counter
rotating, dimana pada tipe ini arah putaran ulir saling berlawanan. Kedua
ialah tipe intermeshing/nonintermeshing co-rotating, dimana arah putaran
ulir sama. Selain itu ada juga konfigurasi ulir self wiping dimana
bentuk kedua ulirnya berbeda dengan ulir tipe intermeshing. Semua
perbedaan jenis ulir dan arah putarannya tersebut akan menghasilkan
karakteristik aliran, mekanisme gerak bahan dan pencampuran dengan
pengaruh yang berbeda-beda pada bahan karena tipe-tipe ulir tersebut memiliki
kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Gambar 2.4. Contoh Kerapatan Ulir Intermeshing,
Counter Rotating
Sumber
: van Zuilichem, et. al. dalam Jowitt 1982.
Tipe-tipe
Ulir
a. counter
rotating, intermeshing
b. co-rotating,
intermeshing
c. counter
rotating, non-intermeshing
d. co-rotating,
non-intermeshing
Sumber : Janssen, 1978
Dua Ulir Paralel Pada Ekstruder Ulir Ganda
Ekstruder
ulir tunggal :
Komponen Peralatan Ekstrusi
1. Badan ekstruder dan
perlengkapan :
-
Badan penyangga
-
Motor
-
Pengatur kecepatan, air dan lain-lain
2. Feeder :
-
Hoppers
-
Feeder : vibrator, auger, belt
-
Tangki cairan
-
Feeder cairan
-
Mixer
-
Preconditioner
3. Ekstrution screw :
-
Feed section : 10-25% dari panjang screw
-
Compretion section : 50% dari panjang screw
-
Matering section : bagian terkritis, mixing, energi
gesekan tinggi
4. Barel
5. Ekstrudate
discharge
-
Die
-
Pisau, dll
Tahap-Tahap dalam Proses Ekstrusi :
Pembagian tahap-tahap pengolahan ekstrusi
dapat dilihat dari berbagai segi. Ada yang menggolongkannya berdasarkan pada
kebutuhan pengolah, spesifikasi mesin, jenis proses yang terjadi, dll. Disini
akan dijelaskan beberapa tahap dengan berbagai dasar yang digunakan. Beberapa
pengolah membagi proses pengolahan ekstrusi menjadi tiga tahap yaitu pra
ekstrusi, ekstrusi dan tahap setelah ekstrusi (post-extrusion), tetapi
hal ini sangat bergantung pada kebutuhan pengolah, jenis produk yang akan
dihasilkan dan proses pengolahan apa saja yang akan dilakukan.
a)
Tahap
pra ekstrusi biasanya melibatkan dua langkah utama yaitu :
Ø Pencampuran (Blending) : Pencampuran dari berbagai komponen bahan
yang akan diekstrusi sesuai dengan formulasi yang telah ditentukan merupakan
salah satu syarat penting dalam proses ekstrusi. Selain harus memperhatikan
ukuran bahan yang akan dicampur, cara mencampur komponen yang benar juga
penting untuk diketahui
Ø Penambahan air (Moisturizing) : Jumlah
penambahan kandungan air pada tahap pencampuran bahan ekstrusi ini biasanya
berkisar diantara 4% hingga 8%. Hal ini tentu saja bergantung pada banyak
faktor, seperti tingkat kelembaban bahan saat pencampuran awal, tekstur produk
akhir yang diinginkan, dsb. Cara penambahan kandungan air ini harus dapat
menjamin penyebaran kelembaban yang merata pada campuran adonan bahan mentah.
Ketidakseragaman penyebaran air bahan
akan mengakibatkan kondisi ekstrusi yang sukar diprediksi, akibatnya produk
ekstrusi yang dihasilkan juga menjadi tidak konsisten.
Mesin yang umum digunakan pada tahap pra
ekstrusi terdiri dari mixer dan moisturiser. Mixer disini
berfungsi untuk proses pencampuran bahan awal sebelum dimasukkan ke ekstruder.
Pada umumnya ekstruder yang diproduksi sekarang, terutama ekstruder ulir ganda,
telah dapat melakukan pengaturan proses pencampuran dan penambahan kadar air
ini di dalam alat itu sendiri. Bahan mentah hanya tinggal dimasukkan kedalam feeder
(tempat bahan masuk yang terletak pada bagian atas ekstruder), lalu
kandungan air dapat ditambahkan melalui suatu lubang inject pada
ekstruder sesuai dengan kebutuhan kelembaban produk akhir yang dihasilkan
(Schaaf Technologie GmbH, 2007).
b)
Tahap
kedua yaitu proses ekstrusi
Mesin
yang digunakan ialah berbagai jenis ekstruder dan beragam aksesorisnya sesuai
kebutuhan pengolah. Produk yang keluar dari tahap ini disebut ekstrudat dan
tergantung dari kebutuhan kita atau jenis ekstruder yang digunakan, ekstrudat
ini dapat merupakan produk akhir ekstrusi ataupun juga produk yang harus diolah
lagi lebih lanjut.
c)
Tahap
terakhir adalah proses setelah sektrusi (post extrusion).
Mesin
yang tersedia untuk proses ini ialah mesin pengering, flavouring,
pemanggang, pelapis dan pendingin yang semuanya disesuaikan dengan kebutuhan
pengolah. Sebagai akibat dari perkembangan teknologi di bidang ekstrusi yang
pesat akhir-akhir ini, maka selain dapat berfungsi sendiri terpisah dari
ekstruder, mesin-mesin tersebut juga dapat dipasangkan pada ekstruder.
Prinsip kerja ekstruder :
1.
Bahan
mentah dimasukan kedalam hopper
2.
Ulir akan membawa bahan tersebut sepanjang barel
3.
Diujung
barel, bahan akan memenuhi barel dan ruangan diantara barel dan ulir akan
terkompres
4.
Ketika
bahan melewati barel, ulir akan mengadoni bahan sehingga menjadi massa yang
semi padat dan plastis
5.
jika
bahan dipanaskan > 100 °C , maka prosesnya disebut pemasakan ekstrusi
6.
Pemanasan
menyebabkan terjadinya kenaikan suhu dengan cepat, jadi ketika bahan pangan
dilewatkan kebagian barel yang mempunyai pengaliran lebih kecil maka tekanannya meningkat
7.
Ketika
bahan keluar dari die dengan pengaruh tekanan maka terjadi pengembangan ukuran
dan pendinginan karena airnya telah keluar dalam bentuk uap air.
Keuntungan yang diperoleh dalam menggunakan teknologi ekstrusi :
1.
Bagian
pati dari bahan yang diolah tergelatinisasi penuh yang menyebabkan produk
makanan menjadi mudah untuk dicerna.
2.
Menjamin
penyebaran yang merata bahan-bahan seperti protein, vitamin, mineral dan bahan
tambahan lainnya bersama karbohidrat di seluruh campuran bahan.
3.
Mengurangi
jumlah kehilangan kandungan gizi bahan dan meminimalkan kerusakan pada kualitas
protein.
4.
Tekstur
dan bentuk bahan mentah yang tadinya keras, tidak berbentuk, berpasir, tidak
menarik, dsb., berubah menjadi produk akhir dengan tekstur dan bentuk sesuai
dengan yang kita inginkan.
5.
Bahan
baku utama yang mengandung pati tersedia dengan luas.
6.
Produk
ekstrusi yang dikemas dengan benar mempunyai daya simpan yang baik tanpa harus
disimpan pada suhu rendah.
7.
Proses
ekstrusi merupakan proses termodinamika yang efisien, energy yang dibutuhkan
untuk menghasilkan per ton bahan lebih rendah dibandingkan dengan bahan yang
sama dan diolah dengan proses pemasakan dalam bentuk lainnya.
8.
Biaya
operasionalnya rendah, membutuhkan lebih sedikit tenaga kerja dan memerlukan
luas lahan yang kecil.
9.
Jalur-jalur
proses pada ekstruder mudah sekali untuk dibongkar-pasang. Hal ini penting
untuk keperluan pembersihan dan mobilitas alat. Bila pengolahan yang dilakukan
memenuhi persyaratan sanitasi yang benar maka produk yang dihasilkan relatif
bebas dari bakteri, serangga, larva dan patogen lainnya.
10.
Proses ekstrusi bebas polusi dan bahan mentah
dimanfaatkan seluruhnya tanpa adanya limbah yang tidak diinginkan atau zat-zat
yang berbahaya bagi lingkungan.
11.
Serbaguna
(mampu melakukan berbagai macam proses pengolahan dalam satu alat saja dan
mampu menghasilkan jenis produk yang sangat beragam).
12.
Produktivitas
produk yang dihasilkan tinggi (mampu melakukan pengolahan berkesinambungan).
13.
Biaya
operasional relatif murah.
14.
Proses
pengolahan dalam ekstruder memungkinkan resiko mesin untuk overheat rendah.
15.
Kualitas
produk makanan yang dihasilkan tinggi (proses pengolahan HTST karena pemasakan
ekstrusi melibatkan suhu tinggi dalam waktu pendek sehingga komponen bahan pangan
yang peka tidak mengalami kerusakan dan terjadinya degradasi yang minimal pada
kebanyakan bahan makanan).
16.
Efisien
dalam penggunaan energi. Tidak menghasilkan limbah atau polutan.
17.
Keberagaman
produk dalam kisaran luas yg kebanyakan tidak dengan mudah dihasilkan oleh
metode pengolahan lain, dapat dihasilkan dengan mengubah bahan baku, kondisi
pengoperasian, dan cetakan.
Salah
satu contoh produk pangan dengan menggunakan teknologi ekstrusi yaitu pembuatan
makaroni dengan menggunakan ekstruder ulir tunggal. Makaroni adalah produk
pasta (produk makaroni) berbentuk tabung (mempunyai lubang ditengah) dengan
diameter lebih dari 0,11 inci tetapi kurang dari 0,27 inci. Bila dipandang dari
segi nilai gizi, gandum durum, sebagai bahan baku utama sebagian besar
produk-produk makaroni, mengandung protein 12 – 14%. Seperti tercantum dalam
tabel, produk-produk makaroni merupakan sumber yang baik bagi banyak zat gizi
penting. Meskipun demikian, jika dikonsumsi sebagai bahan pangan tunggal,
produk makaroni tidak dapat memenuhi semua kebutuhan gizi.
Protein
dalam produk-produk makaroni kandungannya bervariasi antara 10–18% dalam bentuk
kering dan 2–8% setelah dimasak, tergantung jenisnya. Kandungan asam amino
dalam proteinnya berisi lengkap 8 jenis asam amino esensial. Tetapi, seperti
halnya produk dari biji-bijian yang lain, komposisi asam amino dalam produk
makaroni kurang seimbang terutama karena rendah kandungan lisinnya. Untuk
meningkatkan keseimbangan komposisi asam amino ini (supaya sesuai dengan pola
yang dibutuhkan tubuh), dapat ditambahkan bahan lain seperti telur, susu, ragi
kering dan protein kedelai dalam produk-produk makaroni. Karena itu dalam
menilai kandungan gizinya, perlu dipertimbangkan juga bahan lain dalam masakan
yang dipakai bersama produk makaroni. Sering sekali makaroni dimasak (dan
dimakan) bersama dengan saus/ kaldu daging atau keju, sehingga akan memperbaiki
komposisi asam aminonya menjadi sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Dalam
pembuatan produk-produk makaroni dapat dilakukan pengayaan (enrichment) dengan
vitamin dan mineral. Dalam produk yang pada labelnya tercantum “Enriched
Macaroni” setiap pound (sekitar 0,5 kg) produk akan mengandung 4 – 5 mg tiamin
(vitamin B1),
1,7 – 2,2 mg riboflavin (vitamin B2), 27 – 34 mg niasin atau
niasinamida, dan 13 – 16,5 mg besi (Fe). Kedalamnya dapat juga ditambahkan
vitamin D 250 – 1000 USP per pound dan kalsium 500 – 625 mg per pound.
Karbohidrat yang terkandung di dalam
produk-produk makaroni adalah karbohidrat kompleks yang menyumbang sekitar 82%
dari total kalorinya. Karbohidrat kompleks, misalnya pati bukan merupakan bahan
utama penyebab kegemukan, tidak seperti karbohidrat sederhana misalnya gula
(sukrosa/gula pasir, glukosa atau fruktosa). Produk makaroni juga mengandung
serat makanan sekitar 1,6 gram tiap mangkok dalam keadaan masak.
Komposisi nilai gizi produk-produk makaroni (kering dan masak)
Secara komersial produk-produk makaroni
dibentuk menggunakan teknik ekstrusi. Pembuatannya terdiri atas empat tahap,
yaitu pencampuran (mixing), ekstrusi/penekanan dan pembentukan, pengeringan dan
pengemasan.
1.
Pencampuran
Pada
proses pencampuran, air ditambahkan pada semolina atau tepung sehingga
dihasilkan adonan (pasta) dengan kadar air sekitar 31%. Pengadukan dilakukan
pada wadah pengadukan yang dilengkapi pengaduk yang bekerja secara mekanis
untuk menghasilkan campuran yang merata.
Hal
penting yang harus diperhatikan adalah adonan yang dihasilkan sedapat mungkin
tidak mengandung gelembung udara (yang dapat terbentuk karena pengadukan).
Untuk menghilangkan gelembung, ruang pengaduk dilengkapi dengan alat penyedot
udara. Jika gelembung udara ini tidak dihilangkan dari adonan atau pasta, dalam
produk akhir akan terbentuk gelembung-gelembung kecil dan warna produk menjadi
putih atau seperti kapur. Disamping itu, gelembung udara dapat mengurangi
kekuatan produk akhir untuk mempertahankan bentuknya setelah dimasak.
2.
Ekstrusi
Alat
yang digunakan disebut ekstruder, yang bekerja dengan cara menekan bahan
berbentuk pasta atau serbuk kering dengan tekanan tinggi secara mekanis dengan
sistem uliran melalui suatu ruangan yang makin menyempit dengan ujung keluaran
(die) yang dapat diatur untuk menghasilkan bentuk produk yang diinginkan.
Ekstrusi adalah proses utama dalam pembuatan makaroni dan produk sejenisnya.
Dalam ekstrusi sekaligus terjadi penekanan adonan secara paksa melalui die,
pengadukan adonan menghasilkan campuran yang lebih homogen (tercampur merata),
serta pengaturan kecepatan produksi dan mutu produk.
Mutu
pemasakan (keadaan produk-produk makaroni setelah pemasakan) dan warna produk
dipengaruhi oleh kecepatan uliran dan suhu yang digunakan. Dalam ekstrusi
produk-produk makaroni suhu yang digunakan jauh lebih rendah dibandingkan
ekstrusi untuk menghasilkan produk-produk “snack”. Suhu terbaik dalam ekstrusi
produk-produk makaroni adalah sekitar 125oF (51,7oC).
Jika suhu terlalu tinggi (di atas 165oF atau 73,9oC) akan
merusak mutu pemasakan dari produk akhir.
3.
Pengeringan
Tujuan
dari pengeringan dalam pembuatan produk-produk pasta adalah untuk menurunkan
kadar air dari sekitar 31% menjadi 12 – 13%, sehingga bersifat keras, dapat
mempertahankan bentuknya dan dapat disimpan lama.
4.
Pengemasan
Dewasa
ini telah tersedia ribuan pengemas dengan berbagai jenis, ukuran dan bentuk
yang dapat digunakan untuk produk-produk makaroni. Semua pengemas tersebut
mempunyai fungsi yang sama yaitu menjaga produk agar bebas dari kontaminasi,
melindungi produk dari kerusakan selama distribusi dan penyimpanan dan untuk
tujuan promosi, misalnya mencetak label yang menarik di atas kemasan. Pengemas
yang dianggap cocok untuk makaroni dan sejenisnya adalah kantong selopan. Bahan
pengemas ini mampu sangat kedap air dan mudah digunakan dalam mesin pengemas
otomatis. Pengemas lain adalah kantong polipropilen densitas rendah (low
density polypropylene) dan kotak karton. Spageti, karena bentuknya yang panjang
umumnya dikemas dalam kotak karton.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Teknologi
ekstrusi merupakan teknologi yang cukup tua, Prinsip penerapannya pada industri
makanan umumnya berdasarkan pada gelatinisasi pati, pembentukan kompleks
lemak-pati, denaturasi dan teksturisasi protein, pengikatan, reaksi kimia dan
biokimia, pengaruh tekanan/penggilingan dan pengembangan (Linko, et. al. dalam
Jowitt, 1982). Ekstrusi adalah suatu proses dimana bahan dipaksakan oleh sistem
ulir untuk mengalir dalam suatu ruang yang sempit sehingga akan mengalami
pencampuran dan pemasakan sekaligus .
2.
Mesin
ekstrusi atau biasa disebut ekstruder merupakan alat yang cukup sederhana namun
memiliki keunikan tersendiri. Prinsip dasar kerja alat ini ialah memasukkan
bahan-bahan mentah yang akan diolah kemudian didorong keluar melalui suatu
lubang cetakan (die) dalam bentuk yang diinginkan.Dalam hal mekanisme
penggerakkan bahan dalam ekstruder, terdapat perbedaan yang nyata antara
ekstruder ulir tunggal dan ganda.
3.
Prinsip
kerja ekstruder ialah memasukkan
bahan-bahan mentah yang akan diolah kemudian didorong keluar melalui suatu
lubang cetakan (die) dalam bentuk yang diinginkan. Bila kita dahulu
mengenal alat ekstrusi sistem ulir yang disebut ekstruder berulir tunggal (Single
Screw Extruder/SSE) maka akhir-akhir ini telah dikembangkan ekstruder
dengan ulir ganda (Twin Screw Extruder/TSE) yang memiliki banyak
keunggulan dibandingkan dengan pendahulunya.
4.
Keuntungan
menggunakan teknologi ekstrusi yaitu produktivitas produk yang dihasilkan
tinggi, biaya operasional relatif murah, kualitas produk makanan yang
dihasilkan tinggi, efisien dalam penggunaan energi, tidak menghasilkan limbah
atau polutan.
5.
Salah
satu contoh pembuatan produk pangan dengan menggunakan teknologi ekstrusi yaitu
pada pembuatan makaroni.
DAFTAR
PUSTAKA
Ang, H.G., W. L. Kwik, C.Y. Theng, K.K. Lim. 1984. High Protein
Extruded
Snackfood. Asean
Protein Project Occasional Paper No. 1. Singapore.
Frame, N.D. 1994. The Technology of
Extrusion Cooking. Springer Publisher,diambil dari http://books.google.com/books?hl=en&lr=&id=
w6SrO7EI0gMC&oi=fnd&pg=PA1&dq=Frame+N.D,+extrusion&ots=Ftv
BJ2bZ6g&sig=mtLojB_XzwYgO1gzyDJp, diakses pada tgl 10 Desember 2013
Holmes, Zoe Ann. 2007. Extrusion. Food
Resource Oregon State University
Website.
U.S diambil dari food.oregonstate.edu/g/extrusion.html, diakses pada tgl 8
Desember 2013
Hoseney RC, Faubion JM, Reddy VP .1992.
Orgnoleptic implications of milled pearl millet pages 27-32 in utilization
of sorghum and millets (Gumez MI, House LR, Rooney LW, Dendy DAV. (eds).
Patancheru, A.P. 502 324, India: International Crops Research Institute for the
Semi-Arid Tropics.
Janssen, Leon, P.B.M. 1978. Twin Screw
Extrusion. Elsevier Scientific Publishing Company, Amsterdam.
Jansen GR, O’Deen L, Tribelhorn RE, Harper JM
(1981). The Caloriedensities of gruels made from extruded corn-soy blends. Food
Nutr. Bull., 3(I): 39
Linko, P., Y.Y.Linko, J. Olkku. 1982. Extrusion
Cooking and Bioconversions dalam Ronald Jowitt (edt.). Extrusion Cooking
Technology. ElsevierApplied Science Publishers , London.
Muchtadi, Tien R., Deddy Muchtadi, Dede R. A.
1993. Pengembangan Produk
Olahan Ikan Cucut Dari Bahan Dasar Hasil
Pemasakan Ekstrusi.
Penelitian LPPM IPB. Program Studi Teknologi
Pangan dan Gizi,
FATETA, Institut Pertanian Bogor .
Pratama, R.I.2007. Kajian Mengenai
Prinsip-Prinsip Dasar Teknologi Ekstrusi Untuk Bahan Makanan dan Beberapa
Aplikasinya Pada Hasil Perikanan. Bandung : FPIK Universitas Padjadjaran
Schaaf Technologie GmbH. 2007. Machine/Systems,
Pre-Extrusion Systems,
Extrusion Systems, Post Extrusion Systems, Special Accesories and
Machines, Drying/Roasting Systems, Flavouring Systems diambil dari
http://www.schaaf-technologie.de/machines.html, diakses pada tgl 6
Desember 2013
van Zuilichem,
D.J., W. Stolp, L.P.B.M Janssen. 1982. Engineering Aspects of
Single- and Twin-screw Extrusion-cooking of Biopolymers dalam Ronald Jowitt (edt.). Extrusion
Cooking Technology. Elsevier Applied Science Publishers, London.
Yacu, Wakeed A.
2007. Food Extrusion Technology. Course Registration, dalam
www.cfpa.com/pdf/2007/0689,C6-233,0709-303.pdf, diakses pada tgl 9
Desember 2013
eh serius ternyata fika belajar ini juga, lagi nyari di gugel malah ke blog fika haha :D
ReplyDeleteiyaa novi, aku belajar ini juga. kok kamu juga sih nov? wkwk waah emang blogku ini suka muncul kok di google. keren kaan? :)
DeleteDelete
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletefik bagi yak :v
ReplyDeleteFika ada alatnya? aku butuh alatnya ni buat penelitian..
ReplyDelete