-->

Saturday, June 15, 2013

LAPORAN PRAKTIKUM SEREALIA DAN KACANG KACANGAN

LAPORAN PRAKTIKUM
PENGETAHUAN BAHAN PANGAN
ACARA 11
SEREALIA DAN KACANG KACANGAN


FIKA PUSPITA
A1M012001


KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
PURWOKERTO
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
            Pengetahuan Bahan Pangan digunakan sebagai bahan dasar untuk mengetahui komposisi bahan makanan dan memenuhi kebutuhan sesuai zat gizi tertentu, bahan makanan pokok yang dianggap penting pada kehidupan sehari hari atau yang sering dikonsumsi harus juga kita kenali, seperti makanan pokok yang merupakan sumber energy dan banyak mengandung karbohidrat dan protein yakni seperti serealia dan kacang kacangan.
            Di Indonesia, terdapat berbagai jenis serealia dan kacang-kacangan dengan berbagai warna, bentuk, ukuran, dan varietas yang sebenarnya potensial untuk menambah zat gizi dalam diet atau menu sehari-hari. Serealia umumnya sebagai sumber karbohidrat (pati) sedangkan kacang kacangan umumnya sebagai sumber protein, tak hanya protein dan karbohidrat namun dalam serealia dan kacang kacangan ini juga terdapat lemak yang kadarnya berbeda beda. Konsumsi serealia dan kacangan di Indonesia seringkali digunakan baik dalam dunia baking maupun dunia masak karena produk ini bisa diolah menjadi tepung. Selain rasanya yang enak serealia dan kacang-kacangan juga mengandung banyak vitamin dan mineral yang penting untuk tubuh kita.
Pada praktikum ini akan dibahas mengenai serealia dan kacang kacangan dengan melakukan percobaan diantaranya pengupasan kulit kacang dengan metode lye peeling, penetapan rendemen tepung, penetapan rendemen pati, dan uji gluten.

B. TUJUAN
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.     Mengetahui jumlah kacang terkelupas dinyatakan dalam persen rendemen dari pengupasan dengan metode lye peeling
2.     Menetapkan rendemen tepung dari bahan serealia atau kacang kacangan
3.     Menetapkan rendemen pati dari bahan serealia atau kacang kacangan
4.     Menguji gluten tepung terigu dan membandingkan hasilnya dari yang diuleni dengan akuades dengan yang diuleni dengan Nacl 1%


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Serealia adalah biji-bijian yang diperoleh dari tanaman padi-padian atau rumput-rumputan(Gramineae) Serealia yang banyak ditanam di seluruh dunia adalah gandum, beras, jagung, jewawut, jali, oat dan barley.
·       Beras merupakan salah satu serealia yang sering dikonsumsi oleh kita, utu beras sangat bergantung pada mutu gabah yang akan digiling dan sarana mekanis yang digunakan dalam penggilingan. Selain itu, mutu gabah juga dipengaruhi oleh genetik tanaman, cuaca, waktu pemanenan, dan penanganan pascapanen. Pemilihan beras merupakan ungkapan selera pribadi konsumen, ditentukan oleh faktor subjektif dan dipengaruhi oleh lokasi, suku bangsa atau etnis, lingkungan, pendidikan, status sosial ekonomi, jenis pekerjaan, dan tingkat pendapatan. Beras yang mempunyai cita rasa nasi yang enak mempunyai hubungan dengan selera dan preferensi konsumen serta akan menentukan harga beras. Secara tidak langsung, faktor mutu beras diklasifikasikan berdasarkan nama atau jenis (brand name) beras atau varietas padi. Respons konsumen terhadap beras bermutu sangat tinggi. Agar konsumen mendapatkan jaminan mutu beras yang ada di pasaran maka dalam perdagangan beras harus diterapkan sistem standardisasi mutu beras. Beras harus diuji mutunya sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) mutu beras giling pada laboratorium uji yang terakreditasi dan dibuktikan berdasarkan sertifikat hasil uji (Suismono 2002). SNI untuk beras giling bertujuan untuk mengantisipasi terjadinya manipulasi mutu beras di pasaran, terutama karena pengoplosan atau pencampuran antarkualitas atau antarvarietas. (Soerjandoko, 2010)

Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan makanan sumber protein dengan nilai gizi yang tinggi (20 – 25 g/100 g), vitamin B (thiamin, riboflavin, niacin, asam folat), mineral (Ca, Fe, P, K, Zn, Mg, dan lain-lain), dan serat. (J.Dostalova, 2009). Nilai dan mutu gizi kacang kacangnya menjadi lebih baik setelah dikecambahkan. Selama pengecambahan komponen antigizi (tripsin inhibitor, asam pitat, pentosan, tannin) menurun dan setelah pengecambahan
terbentuk komponen fitokimia (glokosinolates, antioksidan alami yang berperan untuk kesehatan. (M. Marto, 2010). Inilah beberapa jenis kacang-kacangan yang ada di Indonesia dan sering kita jumpai untuk kebutuhan sehari-hari.
·       Kedelai merupakan sumber protein nabati utama bagi masyarakat Indonesia. Kedelai merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti Tiongkok dan Jepang selatan. Meski bukan tanaman asli Indonesia, kedelai telah banyak dibudidayakan di Indonesia, Kedelai mengandung protein, zat besi, kalsium, vitamin A, B, B1 , B2, yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis kacang lainnya, juga B12 yang berperan dalam pembentukan sel-sel darah merah. Kandungan lesitin pada kedelai, yang mengandung lemak tak jenuh linoleat, oleat dan arakhidonat yang berfungsi sebagai lipotropikum yaitu zat yang mencegah penumpukan lemak berlebihan dalam tubuh sedangkan kandungan serat kedelai yang sangat tinggi dapat membantu merangsang metabolisme dan dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Zat lain yang terkandung dalam kedelai adalah genistein, daidzein, dan glycitein yang termasuk isoflavon yaitu senyawa fitoestrogen yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor (Thomas, 1992).
·       Kacang tolo atau kacang tunggak (Vigna unguiculata) merupakan tanaman yang sudah dikenal dan dibudidayakan oleh masyarakat (Rukmana, 2000). Cara mengkonsumsi kacang tolo yang sangat terbatas menyebabkan kacang tolo tidak populer seperti kacang kedelai. Kandungan protein kacang tolo relatif tinggi, yaitu sebesar 22,9 g/100 g dan mengandung lisin yang tinggi, sehingga dapat menyempurnakan kualitas protein biji-bijian (Somaatmadja, 1990). Dengan demikian kacang tolo berpotensi sebagai sumber protein nabati selain kacang kedelai sehingga diperlukan teknik pengolahan yang tepat, misalnya fermentasi menjadi tempe. (Ratnaningsih et al, 2009)
·       Kacang hijau merupakan tanaman tropis yang berumur pendek dan dapat tumbuh di daerah yang curah hujannya rendah. Kacang hijau merupakan sumber protein nabati. Protein biji kacang hijau mengandung 8 asam amino esensial, yaitu Valine, Leucine, Isoleucine, Methionine, Venyl Alanine, Lycine dan Tryptophane. Selain itu juga terdapat lemak, karbohidrat serta mineral yang dibutuhkan tubuh. (Soeprapto, 1992). Keju juga dapat dibuat dari bahan protein, misalnya protein nabati yang dapat diperoleh dari kacang hijau. Kacang hijau mengandung minyak yang sangat rendah namun mengandung vitamin (terutama vitamin B1) dan protein yang cukup. (Retno, 2005)

Pengupasan merupakan pra proses yang bertujuan untuk memisahkan kulit dari bahan. Pengupasan terdiri dari tiga macam cara yaitu pengupasan secara mekanis, khemis (lye peeling) dan uap bertekanan. Pengupasan secara mekanis umumnya dilakukan dengan menggunakan pisau biasa atau stainless steel. Namun, untuk mendapatkan hasil akhir yang baik sebaiknya menggunakan pisau yang berbahan stainless steel jika akan mengupas bahan pangan seperti buah-buahan agar tidak terjadi pewarnaan gelap yang dapat mempengaruhi kenampakan produk. Efisiensi pengupasan rendah dan lebih efektif untuk mengupas bahan yang berukuran besar. Pengupasan secara khemis (lye peeling), pada umumnya digunakan untuk mengupas buah dan sayuran berkulit tipis (kentang, wortel) serta biji-bijian berkulit ari. Larutan yang digunakan adalah larutan NaOH 1% pada suhu 93°C selama 0,5 – 5 menit tergantung jenis bahannya. Untuk mempermudah pelepasan kulit, pengupasan khemis umumnya dikombinasi dengan penyemprotan dan pencucian dengan air. Pengupasan menggunakan uap bertekanan. Cara ini pada umumnya digunakan untuk pengupasan ketela rambat dan beet (Praptiningsih, 1999).
Selain kacang-kacangan, serealia seperti beras dan jagung sangat berpotensi untuk dikecambahkan sehingga dapat meningkatkan nilai gizi, seperti gama amino butyric acid yang terbentuk selama perkecambahan beras. Dengan demikian selain dapat meningkatkan mutu gizi, pengecambahan juga mampu meningkatkan komponen fungsional.(Aminah, 2012)
Dalam serealia dan kacang kacangan juga terdapat pati, Pati adalah salah satu bahan penyusunan yang paling banyak dan luas terdapat di alam, yang merupakan karbohidrat cadangan pangan pada tanaman, Pati dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu pati alami yang belum mengalami modifikasi (Native Starch) dan pati yang telah termodifikasi (Modified Starch). Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama yaitu amilosa, amilopektin dan material antara seperti, protein dan lemak Umumnya pati mengandung 15–30% amilosa, 70–85% amilopektin dan 5–10% material antara. Struktur dan jenis material antara tiap sumber pati berbeda tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut (Greenwood dkk., 1979). Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α-glikosidik. Sifat pada pati tergantung panjang rantai karbonnya, serta lurus atau bercabang rantai molekulnya. Pati terdiri dari dua fraksi yaang dapat dipisahkan dengan air panas, fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin (Hee-Joung An, 2005).
Salah satu modifikasi serealia dan kacang kacangan adalah tepung. Tepung merupakan butiran-butiran halus yang berukuran sangat kecil tergantung pada jenis asalnya serta mengandung amilosa dan amilopektin. Tepung terigu pada umumnya digunakan untuk membuat kue dan bahan masak-memasak lainnya. Selain itu, tepung juga digunakan untuk pengentalan makanan, kemampuan pengentalan tepung ini disebabkan oleh daya serapnya terhadap air sehingga butiran-butiran tepung tersebut membesar dan apabila dipanaskan maka granula tersebut akan rusak dan pecah sehingga terjadi proses gelatinisasi. Pada peristiwa gelatinisasi tepung, viskositas bahan akan meningkat karena air telah masuk kedalam butiran tepung dan tidak bisa bergerak bebas lagi (Moehyl, 1992).
Selanjutnya dalam praktikum ini juga terdapat uji gluten, maka kita harus tau apa itu gluten. Protein yang terdapat dalam tepung terigu tidak terlarut didalam air. Protein-protein yang tidak larut dalam air ini disebut gliadin dan glutein. Glutein adalah  bentuk dari protein yang tidak larut didalam air jika tepung dipanaskan dan dicampurkan dengan air.  Glutein bisa diekstrak dengan cara mencucinya dengan air hingga patinya hilang. Glutein yang telah diekstrak memiliki sifat elastis dan kohesi. Jika gliadin dan glutenin dipisahkan dari gluten maka gliadin akan bersifat seperti substansi sirup yang menggumpal dan saling terikat serta glutenin akan menghasilkan kekerasan yang berkemungkinan memperbesar kekuatan tekstur bahan (Parker, 2003).

BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.    ALAT
Percobaan 1. (Pengupasan dengan Metode Lye-Peeling)
-        kain pembungkus
-        Panci
-        Kompor
-        mangkuk
Percobaan 2. (Penetapan Rendemen Tepung)
-        timbangan
-        blender
-        ayakan
-        wadah
Percobaan 3. (Penetapan Rendemen Pati)
-        wadah
-        blender
-        cawan
-        kertas saring
-        oven
-        timbangan
Percobaan 4. (Uji Gluten)
-        timbangan
-        oven
-        mangkuk


B.    BAHAN
Percobaan 1. (Pengupasan dengan Metode Lye-Peeling)
-        Kedelai
-        Kacang hijau
-        Kacang tolo
-        Larutan NaOH 2,5 %
Percobaan 2. (Penetapan Rendemen Tepung)
-        Kedelai
-        Kacang hijau
-        Beras
Percobaan 3. (Penetapan Rendemen Pati)
-        Kedelai
-        Kacang hijau
-        Beras
-        Akuades / air
Percobaan 4. (Uji Gluten)
-        Tepung terigu (pembanding : tepung beras)
-        Larutan NaCl 1%
-        Akuades



BAB IV
DATA PENGAMATAN
A.    Pengupasan kulit dengan metode lye-peeling


Bahan
5 menit
8 menit
Σ Biji terkelupas
% rendemen
Σ Biji terkelupas
% rendemen
Kacang tolo
84
84%
91
91%
Kacang hijau
44
44%
20
20%
Kedelai
55
55%
63
63%
Kacang merah
96
96%
89
89%


                                

=  
=   63       x 100 %
   
B.    Penetapan Rendemen Tepung

Kelompok
Bahan
Berat akhir (Agram)
Berat awal (gram)
Rendemen (%)
1
Beras
13,91
20
69,55
2
Kedelai putih
11,96
20
59,8
3
Kacang hijau
12,33
20
61,65
4
Kacang merah
6,71
20
33,55
5
Kacang tolo
9,06
20
45,3
6
Kedelai  hitam
11,5
20
57,6
7
Kacang tanah
11,49
20
57,45



a)     Beras
Rendemen tepung =   13,91 g  x 100 % = 69,55  %
                                      20 g
b)     Kedelai putih
Rendemen tepung =  11,96  g  x 100 % = 59,8  %
                                           20 g
c)     Kacang hijau
Rendemen tepung = 12,33 g  x 100 % = 61,65 %
                                    20 g
d)     Kacang merah
Rendemen tepung =     6,71 g  x 100 % = 33,55  %
                                     20 g
e)     Kacang tolo
      Rendemen tepung =    9,06 g  x 100 %  =  45,3  %
                                     20 g
f)      Kedelai hitam
Rendemen tepung =  11,5  g  x 100 %  =  57,6  %
                                     20 g
g)     Kacang tanah
Rendemen tepung =    11,49 g  x 100 % = 57,45 %
                                           20 g

C.    Penetapan Rendemen Pati
Kelompok
Bahan
Berat pati (g)
Berat awal (g)
Rendemen (%)
1
Beras
2,93
20
14,65
2
Kedelai putih
3,92
20
19,6
3
Kacang hijau
2,22
20
11,1
4
Kacang merah
1,83
20
9,15
5
Kacang tolo
2,2
20
11
6
Kedelai hitam
7,5
20
37,5
7
Kacang tanah
2,97
20
14,85

,85 %
                           
D.    Uji Gluten

Berat terigu awal dan tepung beras awal = 10 gram
·       Gluten Basah
Tepung terigu   + aquades      = 3,44   gram
                          + NaCl           = 3,26   gram
Tepung Beras   + aquades      = 5,54   gram
                          + NaCl           =  6,12  gram

·       Gluten Kering
Tepung Terigu + aquades      = 1,08   gram
                          +NaCl            = 1,17   gram
Tepung Beras   + aquades      = 3,38   gram
                          + NaCl           = 3,30   gram

1.     Rendemen Gluten Basah =
2.     Rendemen Gluten Kering =
3.     Uji gluten
% rendemen gluten basah
Bahan
Larutan
Aquades
NaCl 1%
Tepung beras
55,4%
61,2%
Tepung terigu
32,6%
34,4%

% rendemen gluten kering
Bahan
Larutan
Aquades
NaCl 1%
Tepung beras
33,8%
33%
Tepung terigu
10,8%
11,7%











BAB V
PEMBAHASAN
A.    Pengupasan kulit kacang dengan Metode Lye-Peeling
Lye peeling merupakan salah satu cara yang digunakan dalam mengupas kacang-kacang dengan menggunakan larutan NaOH 2,5 % mendidih.
Berdasarkan hasil pengamatan pada pengupasan kulit kacang dengan metode Lye-peeling dengan variasi waktu 5 menit dan 8 menit menghasilkan data berbeda, yaitu pada variasi waktu 5 menit (dinyatakan dengan % rendemen) kacang tolo 84%, kacang hijau 44%, kedelai 55%, kacang merah 96% dan pada variasi waktu 8 menit (dinyatakan dengan % rendemen) kacang tolo 91%, kacang hijau 20%, kedelai 63%, kacang merah 89% Dapat disimpulkan bahwa lamanya waktu merendam pada larutan NaOH mendidih dapat mempengaruhi banyak kacang yang terkelupas dari kulitnya. pada kacang tolo dan kedelai yang menurut data pengamatan semakin lama direndam makin banyak yang terkelupas. Sebaliknya pada kacang hijau dan kacang merah  pada waktu yang hanya 5 menit justru lebih banyak yang terkelupas, seharusnya dengan makin lama waktu merendamnya (8 menit) semakin banyak kacang yang terkelupas.

B.    Penetapan Rendemen Tepung
Pada percobaan penetapan rendemen tepung dengan bahan berat awal sama 20 gram menghasilkan (dalam persen rendemen) Beras 69,55%, Kedelai Putih 59,8%, Kacang Hijau 61,65%, Kacang Merah 33,35%, Kacang Tolo 45,3%, Kedelai Hitam 57,6%, dan Kacang Tanah 57,45%. Dalam Percobaan ini terbukti bahwa pada beras menghasilkan rendemen tepung paling banyak dibanding dengan bahan lain diikuti oleh kacang hijau, kedelai putih, kedelai hitam, kacang tanah, dan kacang tolo. Sedangkan kacang merah menghasilkan rendemen tepung paling sedikit. Pada beras paling banyak dikarenakan saat dihitung berat awal secara bersamaan dengan bahan yang lain lalu saat digiling tidak ada pengupasan kulit, sedangkan bahan yang lain harus dikupas dulu kulitnya, sehingga saat penggilingan dan pengayakan rendemenn tepung beratnya berkurang dibanding beras yang sudah tidak ada kulitnya saat ditimbang. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya rendemen tepung adalah banyaknya kandungan air yang terkandung dalam bahan baku pada saat perebusan dapat meningkatkan kandungan air sehingga berpengaruh terhadap rendemen. Faktor lain yang mempengaruhi seperti bahan baku yang tidak sesuai dengan standar operating procedure proses penggilingan yang tidak ditangani dengan baik dan terjadinya kehilangan selama pengolahan.

C.    Penetapan Rendemen Pati
Pada percobaan penetapan rendemen pati pada beras, kedelai putih, kedelai hitam, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo dan kacang tanah terdapat perbedaan % rendemen pati pada semua bahan. Kedelai hitam paling banyak mengandung pati yaitu 37,5% lalu kedelai putih 19,6%, kacang tanah 14,85%, beras 14,65%, kacang hijau 11,1%, kacang tolo 11%, dan kacang merah 9,15% Beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen antara lain mutu bahan baku (kondisi tanaman, umur panen), penanganan pascapanen (pengeringan dan penyimpanan) dan proses ekstraksi (perajangan, perbandingan bahan-air-abu ; lama perebusan, penyaringan, pengeringan dan penggilingan)

D.    Uji Gluten
Berdasarkan hasil percobaan uji gluten pada tepung terigu dan tepung beras sebagai pembanding, dengan masing – masing ditambahkan akuades dan NaCl 1% didapat bahwa Tepung beras ditambah akuades gluten keringnya lebih besar yaitu 33,8% dibandingkan tepung beras yang ditambah NaCl 1% yang berat gluten kering nya hanya 33%, sedangkan pada terigu yang ditambah NaCl 1% lebih besar yakni 11,7% dibanding terigu yang ditambahkan akuades yang beratnya 10,8%. Namun pada gluten basah tepung beras ditambah NaCl 1% memiliki rendemen yang besar 61,2% selanjutnya tepung beras yang menggunakan akuades 55,4%, pada tepung terigu gluten basah yang ditambah NaCl 1% juga lebih besar yaitu 34,4% sedangkan yang ditambah akuades 32,6%. Jadi jenis larutan yang ditambahkan mempengaruhi kadar gluten pada bahan seperti pada hasil uji gluten basah tepung terigu dan tepung beras yang diberi NaCl 1% sama sama memiliki rendemen yang besar dan yang diberi Akuades rendemen nya lebih kecil.











BAB VI
KESIMPULAN
Menyimpulkan dari pengupasan kulit kacang dengan metode lye peeling sebelumnya kita harus mengetahui apa itu lye peeling. Pengupasan merupakan pra proses yang bertujuan untuk memisahkan kulit dari bahan. Pengupasan terdiri dari tiga macam cara yaitu pengupasan secara mekanis, khemis (lye peeling). Lye peeling merupakan salah satu cara yan digunakan dalam mengupas kacang-kacang dengan menggunakan larutan NaOH 2,5 % mendidih. Berdasarkan hasil pengamatan pada pengupasan kulit kacang dengan metode Lye-peeling dengan variasi waktu 5 menit dan 8 menit menghasilkan data berbeda, Percobaan kelompok kami menggunakan kedelai dan hasilnya 55% (5 menit) dan 63% (8 menit).
Rendemen tepung pada percobaan kelompok kami menggunakan bahan beras dan dengan bahan berat awal sama 20 gram menghasilkan (dalam persen rendemen) Beras 69,55%, Kedelai Putih 59,8%, Kacang Hijau 61,65%, Kacang Merah 33,35%, Kacang Tolo 45,3%, Kedelai Hitam 57,6%, dan Kacang Tanah 57,45%. Dalam Percobaan ini terbukti bahwa pada beras menghasilkan rendemen tepung paling banyak dibanding dengan bahan lain.
Pada Rendemen berat pati dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan % rendemen pati pada semua bahan. Kedelai hitam paling banyak mengandung pati yaitu 37,5% lalu kedelai putih 19,6%, kacang tanah 14,85%, beras 14,65%, kacang hijau 11,1%, kacang tolo 11%, dan kacang merah 9,15%, Beberapa faktor yang mempengaruhi rendemen antara lain mutu bahan baku (kondisi tanaman, umur panen), penanganan pascapanen (pengeringan dan penyimpanan) dan proses ekstraksi (perajangan, perbandingan bahan-air-abu ; lama perebusan, penyaringan, pengeringan dan penggilingan)
Pada uji gluten dapat disimpullkan bahwa masing masing bahan yang ditambahkan Akuades dan NaCl 1% terlihat berbeda. Tepung beras ditambah akuades gluten keringnya lebih besar yaitu 33,8% dibandingkan tepung beras yang ditambah NaCl 1% yang berat gluten kering nya hanya 33%, sedangkan pada terigu yang ditambah NaCl 1% lebih besar yakni 11,7% dibanding terigu yang ditambahkan akuades yang beratnya 10,8%. Namun pada gluten basah tepung beras ditambah NaCl 1% memiliki rendemen yang besar 61,2% selanjutnya tepung beras yang menggunakan akuades 55,4%, pada tepung terigu gluten basah yang ditambah NaCl 1% juga lebih besar yaitu 34,4% sedangkan yang ditambah akuades 32,6%. Jadi jenis larutan yang ditambahkan mempengaruhi kadar gluten pada bahan seperti pada hasil uji gluten basah tepung terigu dan tepung beras yang diberi NaCl 1% sama sama memiliki rendemen yang besar dan yang diberi Akuades rendemen nya lebih kecil.


















DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti dan Hersoelistyorini, Wikanastri. 2012. Karakteristik Kimia Tepung Kecambah Serealia Dan Kacangkacangan Dengan Variasi Blanching. Seminar Hasil-Hasil Penelitian – LPPM UNIMUS 2012.

Greenwood, C.T. dan D.N. Munro.,1979. Carbohydrates. Di dalam R.J. Priestley,ed. Effects of Heat on Foodstufs. Applied Seience Publ. Ltd., London.
Hee-Young An., 2005. Effects of Ozonation and Addition of Amino acids on Properties of Rice Starches. A Dissertation Submitted to the Graduate Faculty of the Louisiana state University and Agricultural and Mechanical College.
J.Dostalova, P. K. 2009. The Changes of - Galaktosidase during Germination and High Pressure Treament of Legume Seeds. Czech J. Food Sience , S76.
M. Marto, Z. M. 2010. The Role of Sprouts in Human Nutrition a review. Acta Univ. Sapientiae, Alimentaria . Vol 82.

Moehyl, S., 1992. Penyelenggara Makanan Institusi dan Jasa Boga. Bathara,
            Jakarta.

Parker, R., 2003. Introduction to Food Science. Delmar Thompson Learning, United States.

Praptiningsih, Y. 1999. Teknologi Pengolahan. Jember: Proyek DUE UNEJ
Ratnaningsih et al. 2009. Pengaruh Jenis Kacang Tolo, Proses Pembuatan Dan Jenis Inokulum Terhadap Perubahan Zat-Zat Gizi Pada Fermentasi Tempe Kacang Tolo. Jurnal Penelitian Saintek. Vol. 14 (1): 97-128

Retno et al. 2005. Pembuatan Keju Dari Susu Kacang Hijau Dengan Bakteri Lactobacillus Bulgaricus. E k u i l i b r i u m. Vol. 4 (2) :58 – 63

Rukmana, Rahmat dan Yuniarsih, Yuyun. 2000. Kacang Tunggak. Kanisius. Yogyakarta.

Sadikin Somaadmadja. 1990. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara I. Yogyakarta.

Soeprapto, H.S., 1992. Bertanam Kacang Hijau. Penebar Swadaya. Jakarta
Soerjandoko, R.N.E. 2010. Teknik Pengujian Mutu Beras Skala Laboratorium. Buletin Teknik Pertanian. Vol. 15 (2) : 44-47.
Suismono. 2002. Standardisasi mutu untuk perdagangan beras di Indonesia. Majalah Pangan 39(11): 37-47.

Thomas, A.N.S. 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius. Yogyakarta

No comments:

Post a Comment